Minggu, 25 September 2016

Sepucuk surat untuk calon imanku 

Mas, apa kabar?
Apa masih ada aku di lantunan doa-doamu?
Apa selalu ada kita dalam perjalananmu ke masa depan?
Usahamu sudah sampai mana menujuku ?

Semoga kau tak tersesat atau salah alamat.
Seperti aku, kali ini aku salah.
Dia yg ku pikir itu kamu, rupanya bukan.
Aku telah salah alamat.

Maafkan aku Mas, aku telah patah hati karena orang lain yang bukan dirimu. Bukan jodohku.
Aku salah telah menaruh banyak harap padanya.
Aku salah karena berjalan menujumu tapi tersesat di dia.

Sekarang, setelah rasa pahit ini. Aku memutuskan berhenti. Berhenti salah sangka pada setiap lelaki yang berjanji akan datang menemui Bapakku.
Sekarang aku hanya akan menunggumu, yang tidak berjanji. Melainkan langsung menemui beliau saja.

Jika kelak kau bertemu denganku, kumohon datanglah langsung ke rumah. Jangan Ada janji yg seharusnya memang tak ada selain ikrar pada saat akad.
Aku hanya takut salah alamat lagi. Aku takut patah hati lagi. Dan segala luka itu akan membuatku merasa bersalah padamu.
Aku takut Allah kita tidak ridho.

Untuk Sekarang, doakan aku agar tetap istiqamah. Menjaga hati teruntuk padamu saja. Aku pun tentu akan mendoakanmu.

.
calon makmummu.

Rabu, 14 September 2016

Ketakutan yang menjadi-jadi

Sore itu, sepulang dari menjenguk seorang adik di asrama sekolahnya. Nia teman yang sejak pagi tadi ku ajak jalan, mendapat sms dari sepupunya bahwa ia masuk rumah sakit. Siang tadi jatuh pingsan karena merasa teramat sakit di bagian perutnya. Mendengar kabar itu, kami segera membalap motor menuju rumah sakit. 
Ada perasaan yang begitu bergejolak. Aku berniat hanya mengantar Nia saja, kemudian pulang. Namun tidak sopan rasanya jika meninggalkannya di depan rumah sakit. Maka ku putuskan untuk masuk juga menemani Nia menjenguk sepupunya.

Aku begitu takut dengan suasana rumah sakit sebenarnya dan rasa takutku menjadi parah belakangan ini. Padahal dulu aku sudah berhasil sesekali masuk rumah sakit, dengan membiasakannya. Aku beberapa kali ke rumah sakit untuk melawan ketakutanku.
Seperti nasehat bijak "lawanlah rasa takutmu dengan ketakutan itu sendiri" 
Berbagai hal ku lakukan untuk membiasakan diri, termasuk menjadi anggota sebuah komunitas yg bergerak dalam bidang sosial, membantu orang2 kurang mampu untuk bisa berobat ke rumah sakit dengan biaya dari sedekah donatur. Beberapa kali ku injak rumah sakit saat menjenguk pasien. Berhasil aku melawan rasa takut ku. Meski awalnya, langkahku sedikit gemetaran, keringat bercucuran, dan dadaku sesak ketika melihat mereka. Inilah alasanku mengapa aku  sangat jarang ke rumah sakit. Banyak teman sekelasku sejak SMP SMA dan kuliah  yg tak ikut ku jenguk jika mereka di rawat di sana, aku takut dengan suasana rumah sakit. 

Langkahku kembali gemetaran, ku temui disudut-sudut rumah sakit, bapak-bapak dengan tatapan kosongnya, seorang ibu yang tengah menangis meratapi anaknya, beberapa pasien didorong di atas tempat tidur beroda oleh beberapa suster dengan amat tergesa-gesa, dokter berlarian menghampiri pasien yang berlumuran darah. Aku takut dengan semua itu. Ini juga salah satu alasanku mengapa ku urungakan niatku bercita-cita menjadi dokter saat SMA. Aku menyadari ketakutanku. 

Ku ikuti Nia dari berlakang yang sedikit berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit mencari ruang rawat sepupunya. ketika Nia membuka pintu ruang rawat, ku hentikan langkahku. Baru selangkah kakiku di dalam ruangan, dadaku semakin sesak.
"Nia, saya menunggu di luar saja yah" 
"Eh kenapa Ni?" 
"Hahaha.. saya nanti baper" ku jawab dengan sedikit bercanda 
"Ohh iya.. tapi nanti klo saya lama bagaimana?" 
"Tidak apa2,  paling saya main hp disini menunggu. Terbiasa menunggu. Hehe"

15 menit, Nia baru keluar dari ruangan mengerikan itu. Dan selama itu pula di ruang tunggu aku menundukkan kepala tak ingin melihat sekelilingku. Meski sesekali mataku berkaca-kaca. Beneran baper hahahaha. 

Pertahanan ku runtuh sejak isi kepalaku penuh dengan  bayangan bagaimana suasana rumah sakit saat ibuku di rawat dan aku tak ada menemani adik-adik dan Bapakku.
Rasa takutku pada rumah sakit menjadi-jadi...