Selasa, 18 Agustus 2015

Sederhana


^Sederhana^

Sederhana saja bahagia itu
Cukup dengan melihatmu tersenyum
Sederhana saja tersenyum itu 
Cukup dengan melihatku bahagia
Padamu padaku 
Aku, kamu, kita
#Bahagia1 
#AgustusMenulis SIGiMks

Minggu, 09 Agustus 2015

#keluarga3 #AgustusMenulis SIGiMakassar


"Bolehkah? Bisakah?"

                      Bisakah
                     Bolehkah
     Aku meminta 1 permintaan ?
Kmbalilah sperti dulu, ya dulu sekali
       Saat aku masih kanak-kanak
                Aku tak tangguh
                      Berjalan
                       sendiri
                         Atau
                     Jika tidak
             Bisakah kau bersinar
       Agar ada penerang jalanku
                         Atau
                      Jika tidak
          Biarkan aku dalam gelap
Agr aku tetap mlihatmu walau redup
                        Bolehkah
          Aku meminta 1 permintaan?
                        Bisakah
              Kau wujudkan pintaku?
#keluarga2 #AgustusMenulis SIGiMakassar
"Akan ku jaga rindumu untuknya"

Dia rindu saat-saat kau segera menghampirinya saat dia tiba di rumah dgn wajah masam. Menceritakan segala hal yg trjadi padanya seharian padamu. Hingga kau memberi nasihat2 bijak.
Dia rindu saat kalian bersama-sama  di dapur, membimbing memasak dan sesekali menertawakanya dengan wajah gemasmu ketika dia melakukan kesalahan.
Dulu aku dan dia selalu melakukan kebiasaan yg sama padamu. ya, kami sangat menyayangimu.
Namun ketika segala hal menimpamu, dia kelimpungan, berusaha tetap menjadi dirinya yang manja padamu, berusaha tabah seolah tak trjadi apa-apa pada kita. Dia melakukan segala hal sendiri. Termasuk mengurusiku. Hingga aku memanggilnya ibu peri. Sebutan yang lucu untuknya ketika dia mengabulkan segala hal yang ku minta.
Kau tahu tidak? Dia sangat merindukan mu, begitupun aku..
aku pun rindu pada tawa lepasnya yang kini tak pernah dia tampakkan lagi. Hanya senyum ketabahan yg sering dia lontarkan padaku ketika akupun mengatakan rindu padamu.
Kini dia tak bisa menjadi ibu peri lagi bagiku. Dan aku??
Pada siapa lagi aku harus berbagi tugas rumah?
Pada siapa lagi aku harus mengatakan rindu padanya?
Pada siapa lahi aku bersandar ketika segala hal tentangnya begitu menyesakkanku?
Bagaimana pun, aku tahu disana dia pasti akan semakin rindu padamu. Tenanglah akan ku jaga rindumu untuknya, dibalik rinduku.
Kelak jika kau puang, beritahu aku bagaimana caramu mengolah rindu. Dan akupun akan beritahu bagaimana caraku menjaga rindu..
Makassar, 9 Agustus 2015
#keluarga1 #AgustusMenulis SIGiMakassar

Katanya "Rumahku surgaku"
Iya, aku tahu itu
Dulu setiap aku jauh, walau sejam
Aku ingin segera pulang
Dulu setiap aku dirumah, rasanya tak ingin beranjak jauh
Ingin tetap disini saja bersama
Ya mereka yang ku sebut keluarga

Katanya "Rumahku surgaku"
Iya, aku tahu itu
Mungkin surga seperti rumahku
Merasa damai walau bangunanya sderhana
Hati kami sejuk walau cuaca panas
Melihat senyuman mereka
Ya mereka yang ku sebut keluarga

Katanya "Rumahku surgaku"
Iya, aku tahu itu
Entah sejak kapan semua brubah
Yang tinggal hanya kepura-puraan
Menganggap rumah masih aman
Bagiku tidak

Katanya "Rumahku surgaku"
Iya, aku tahu itu
Lalu kini masikah "Rumahku surgaku"  ???

Kamis, 16 Juli 2015

Ruang Redup

Biarkan aku dalam gelap 
Agar seredup apapun dirimu 
Kau tetap menjadi penerangku
Karena aku tak mau menyalahkan redupmu...

Terangi aku dalam gelap
Agar redupmu tetap berarti
Kau mampu menjadi penerangku
Dan akan tetap menjadi penerangku... 

Jika kau tak membiarkanku gelap
Kembalilah menjadi terang
Agar aku tetap berjalan di jalan yg semestinya

Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku

***
Biarkan aku dalam gelap 
Agar seredup apapun dirimu 
Kau tetap menjadi penerangku
Karena aku tak mau menyalahkan redupmu...

Jika kau tak membiarkanku gelap
Kembalilah menjadi terang
Agar aku tetap berjalan di jalan yg semestinya

Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku, Ibu ...

Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku...





Sungguminasa, 14 Juli 2015

Selasa, 09 Juni 2015

Pertemuan (doa) kita

Aku mengabarkan langit
Melalu kiriman doa setiap detik
Tentang rasa yg ku jaga kehormatannya

Ya, kita tak perlu banyak berbincang
Ku harap kau memahaminya
Karena doa-doa kita bertemu di langit kan??











"Seperti gerimis|aku jatuh hati|perlahan-lahan"









Selasa, 02 Juni 2015

Tetaplah menjadi kuat

Sepulang kerja saat langit mulai menampakkan kegelapannya, malam telah mengabarkan kesunyiannya. Setelah meniti terik seharian, meneteskan keringat kala terik menganga, Retno menuju rumah tempatnya ia menimbun harapan, tempat dimana ia mengukir asa tentang kehidupan di masa depan, bersama ibu, ayah dan adik-adiknya. Retno adalah anak sulung dan karena tuntutan itulah, ia harus bekerja hingga selarut itu. Adiknya Rani yang kini duduk di bangku kuliah pun, telah melakukan kerja paruh waktu.
Entah saking sibuknya dengan dunianya sendiri, pergi pagi dan pulang malam. Ia lupa bahwa ada banyak hal-hal penting di rumah yang ia lewatkan. Termasuk kabar hati ibunya. Yang sejak setahun terakhir ini terluka. Seperti itukah patah hati yang sebenarnya?. Hingga harapan yang ia pertahankan, telah pupus oleh kekecewaan dan kekacauan yang ditimbulkan seseorang padanya, dan karena waktu pula lah yang tak kunjung memberikannya solusi. Hingga bahkan untuk mengurusi dirinya sendiri, ia tak peduli lagi. Kami pun tak dihiraukannya lagi.
Malam itu ia dapati rani menangis di kamarnya, terisak pelan, berusaha menanhan tangis agar suara tangisnya tak di dengar oleh orang rumah. Saat Retno tanyakan mengapa, rupanya ia baru saja mendengar dari seorang tetangga bahwa orang-orang sekompleks rumah rupanya sering menceritakan mereka. Entah mereka berbicara apa, yang sedikit Rani tangkap yakni mereka mengatakan bahwa ibunya kini telah berubah dari yang mereka kenal, bahkan akan depresi. Ahhh… seolah tersengat listrik ribuan volt dan tenggelam dalam lautan saja mendengar kabar itu. Sesak. Retno kesulitan bernapas menyadari akan hal itu. Ia yang selama ini merasa baik-baik saja dengan keadaan keluarganya, rupanya sangat berbeda dengan apa yang dirasakan orang lain. Rupanya perasaannya selama ini hanya ilusi, dampak dari menghibur dirinya sendiri dan menjauhi pikiran-pikiran negatif tentang segala kemungkinan terburuk. Jika demikian, rupanya ia merasa sangat tak berdaya. Merasa bahwa yang bersalah adalah dirinya, mengapa terlalu mengabaikan kekacauan yang terjadi. Tak berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki semuanya. Sebagai ana sulung, itu memang tugasnya kan?
Sontak malam itu, ia menemui ibunya yang tertidur lelap di kamarnya. Retno menggenggam tangannya, masih berasa hangat tangan itu. Ya sisa-sisa untaian kasih sayang yang terpatri dari tangan itu masih ada. Retno tatapi lamat-lamat wajah ibunya, ya ada keteduhan disana. Wajah teduh seorang ibu yang ia sangat rindukan. Namun ada banyak goresan kesedihan disana, terukir. Tersimpan sendiri hingga menutupi cahaya keibuannya kini. Wajah teduh itu tak tampak lagi, wajah itu menggambarkan suasana hati yang telah terluka parah kini. Ahhh… tiba-tiba ada tetesan air mata yang jatuh, terisak. Ya Retno memeluk lengan ibunya dengan erat. Dan tangan kanannya menutup mulutnya sendiri, takut kalau saja tangisnya itu membangunkan ibunya dari lelap tidurnya malam ituDalam jeda tangisnya, Retno berbisik “Tetaplah menjadi kuat Ibu. Kamu tidak sendiri,ada kami disini yang menyayangi mu, ceritakanlah kekecewaanmu. Jangan memendamnya sendiri" 
"ya, tetaplah menjadi kuat"


Sabtu, 30 Mei 2015

Tak pernah tahu

Kau tak pernah tahu
Bagaimana orang2 seperti kami harus menahan rasa sesak
Bagaimana kami berusaha menjadi sebanding dengan orang normal lainnya
Kau tak pernah tahu kan?
Bagimana kami berpura-pura mengatakan semuanya baik2 saja
Bagaimana kami harus selalu berusaha tegar dihadapan orang lain

Kau tak pernah tahu
Bagimana rasanya jika rasa minder tiba2 muncul
Mengusik ketenangan dan mengatakan bahwa kau akan terasingkan
Kau tak pernah tahu kan ?
Bagaimana rasanya menahan rasa sakit
Bagaimana rasanya  melawan rasa kecemasan yang berlebihan

Maka pahami sajalah …
Apa yang telah kami lakukan
dan apa yang ingin kami lakukan…

Karena kau tak pernah tahu bagaimana jika menjadi kami !

Rabu, 20 Mei 2015

Raga kalian disini, tapi jiwa kalian tidak.
Pulanglah..
Kami mohon.
Kami rindu..

Kamis, 07 Mei 2015

Perjalanan Menuju Puncak Bawakaraeng



Hidup lebih sulit dari ini
Perjalanan dunia lebih jauh dari ini
Tantangan lebih berat dari ini
Jika dibandingkan dengan kehidupan
Perjalan kali ini hanya beberapa persen saja
Tetapi  kita dapat mengambil pelajaran darinya
Mari renungkan !!!



Di awal perjalanan

Kau butuh keberanian untuk memulai pendakian. Akan banyak kekhawatiran-kekhawatiran yang kau ciptakan sendiri. Dan itu kebanyakan palsu. Berlebihan saja, karena kenyataannya tidak sesuai dengan kekhwatiran mu di awal. Itu hanya wujud ketidak percayaan dirimu saja. Seperti halnya kehidupan, ketika akan mengambil sebuah langkah untuk sebuah pencapaian, kau selalu punya kekhawatiran yang berlebih. Jalani sajalah, mulailah dari langkah awal, selangkah demi selangkah hingga mencapai akhir.

“Kita tidak akan menemukan Takdir, ketika belum mencoba”

Gambar 1. Memulai perjalanan


Di perjalanan menuju puncak

Jatuh berkali-kali itu bukan masalah buatmu, asal kamu bisa bangkit dan melangkah kembali, mesti tertatih. Hanya butuh pegangan untuk kau topangi saat kau akan berdiri dari jatuhmu. Ranting-ranting pohon misalnya, bebatuan di dekatmu, atau seseorang yang di belakangmu memperhatikanmu berjalan, dan siap dimintai pertolongan kapan pun. Seperti halnya kehidupan, kau akan sering terjatuh beberapa kali, tidak penting seberapa kali kamu terjatuh, asal kamu bisa bangkit dan tersenyum kembali. Bukan pura-pura tegar. Dan kau akan semakin kuat jika ada orang-orang hebat bersama mu. Itulah perlunya kebersamaan.

Tidak semua pendaki jatuh di tempat jatuh yang sama. Hanya beberapa saja. Dan di tempat jatuh itu, tidak membuat orang lain jatuh dengan keadaan yang sama bukan? Kau tahu kenapa? Karena setiap orang punya pertahanan masing-masing. Punya kekuatan yang berbeda, dan kekuatan itu selalu sebanding dengan rintangan yg diperolehnya. Seperti halnya kehidupan. Tuhan tidak akan membebani hambanya di luar batas kemampuannya. Kau dipercaya bahwa kau mampu melewatinya.

Dan mengeluh selama perjalanan itu takkan membuahkan hasil apa-apa. Bahkan hanya membuat langkahmu semakin berat. Berilah harapan-harapan di setiap langkah kecilmu selama perjalanan, itu akan sangat membantu. Seperti itulah kehidupan. Itulah sebabnya aku paham sekarang, begitu banyak petuah-petuah yang mengajarkan untuk tidak mengeluh. Rupanya seperti itu.

“Berjalan sajalah. Karena jika kau berhenti, hanya akan memperlambat pencapaian tujuanmu”

Gambar 2. Menuju Puncak




Di puncak Pendakian

Kau harus tahu rasanya sampai di puncak. Ketika telah sampai pada tujuan, segala keluh mu di perjalanan akan terbayar.  Jika ilmu perdagangan dianalogikan disini, kau akan mendapatkan banyak persentase keuntungan. Alam membeli jerih payahmu dengan harga yang lebih besar dari yang kau tawarkan. Seperti halnya kehidupan. Dari sini kau bisa belajar tentang kesyukuran bukan? Bagaimana Tuhan menyediakan hal yang lebih besar daripada apa yang kita inginkan. Semuanya terbayar, bahkan lebih. 

“Akan selalu ada balasan untuk setiap jerih payah yang diikhlaskan. Tidak ada yang sia-sia. Percayalah”



Gambar 3. Puncak Gunung Bawakaraeng


Di perjalanan pulang

Ada banyak cerita, ada banyak pengalaman yang akan kau bawa pulang. Untuk segera kau bagi, agar banyak orang-orang yang bisa mengambil pelajaran dari perjalanan mu, atau bahkan ingin ikut menapaki langkahmu dan mengikuti jejakmu. Langkahmu akan semakin pasti menuju pulang karena kau telah meninggalkan rumah terlalu lama, hingga kau tahu bagaimana rasanya rindu rumah, agar ketika di rumah kau dapat selalu bersyukur telah memiliki tempat yang teduh untuk mu beristirahat di setiap lelahmu dalam perjalanan. Seperti halnya kehidupan. Kau harus tahu kemana tempatmu pulang, tempatmu bercerita dan berteduh menemukan ketenangan.

“Karena dengan melakukan perjalanan, kau akan tahu bagaimana rasanya rindu Rumah” 

Gambar 4. Rindu Rumah

Jika kau belum memahaminya dalam perjalanan hidupmu,
Cobalah di jalan pendakian.
Kamu akan memahami banyak hal.
Dan mereka semua saling berkaitan.
Kau hanya butuh merenung untuk menghubungkannya.


Silahkan mencobanya :)

Minggu, 26 April 2015

Maaf atas maaf yg tak pernah ku ucap,
Karena trhalang oleh ketidakterimaanku atas sikapmu..
Terimakasih atas terimakasih yg selalu sempat kau katakan,
karena aku trlahir sebagai anakmu dan begitu mengerti..

Cahaya mu kini redup,
Jauh berbeda dari sosokmu dulu yg aq kagumi.
Dan aku slalu berusaha ingin memandangmu dr sudut yg gelap,
agar bagaimana pun kamu tetap bercahaya.
Namun ketiadaan cahaya itu membuatku benci.

Aku tak pantas, sungguh sangat tak pantas membencimu,
Dan aku selalu menepis kebencian itu.
Hingga aku tersadar ketika luka telah bernanah,
Sungguh luka itu seharusnya tak ada..
dan aku tak pernah menyadari lukaku,
Kau tahu kenapa?
Krn rasa sayangku lebih besar daripada kekecewaanku.
Karena aku mencintaimu tanpa syarat..

Jumat, 24 April 2015

Pelita Semesta

Jauh…
Jauh membentang
Seperti semesta
Tak ku temukan tepinya

Gelap…
Gelap terpampang
Seperti angkasa
Tak ku temukan pelita

Seperti itulah
Seperti mimpi teramat jauh
Seperti inilah
Seperti angan tanpa pelita

Namun harap akan tetap berjuang
Berlari mengejar tepinya
Memotivasi sebagai pelita

Karena mimpi takkan pernah padam

Selasa, 21 April 2015

Hatiku sudah ku tutup dan kuncinya ku buang ke langit. Jika kamu ingin, mintalah pada Allah..

Kamu tahu kan caranya meminta??? ;)

Rabu, 15 April 2015

Kembali tentang Dejavu (Dejavu Part-3)

Masih ingat kan dengan tulisan saya di blog ini beberapa bulan yang lalu, yang judulnya "detik detak Dejavu", sebenarnya cerita tentang Dejavu ada beberapa Part. Detik detak Dejavu itu adalah part ke-5, part ke-1 nya berjudul "Dejavu September",  tapi kali ini saya akan menyimpan cerita Dejavu Part-3 nya yang berjudul "Kembali tentang Dejavu" di blog ini...
oya semua tulisan  tentang Dejavu ini bermula dari niatan saya beberapa tahun lalu untuk mengikuti lomba menulis cerpen mengenai Bulan September, nah disitu saya bermula terinspirasi menulis tentang kisah Dejavu, hingga menjadi beberapa Part...


Kembali tentang DEJAVU

Mentari pagi kembali menyapaku dalam radiasi kalornya, menghangatkan jiwa yang telah membeku oleh rutinitas sehari-hari. Setiap detik pagi yang ku lalui menjadi momen berharga yang ku nikmati dan bagi setiap jiwa-jiwa perindu surga. Terlalu banyak hal yang menarik untuk dirangkaikan dalam barisan diary hatiku. Termasuk malam tadi, semua penat hati seharian telah ku rangkaikan dalam tumpukan kertas bersampul hijau dengan sketsa gambar capung hiasannya.  Yah, beginilah para pengagum waktu menjadikan setiap detiknya tak terlewatkan untuk diabadikan dalam rangkaian kata terikat dalam diary.
Suara ibu mengagetkanku yang sejak tadi terpaku di teras rumah merasakan kesejukan pagi.
“Aurora …… masuk nak, sarapan dulu” (teriak ibu dari ruang makan)
“iya ibu, 5 menit lagi. Sayang nih vitamin D nya kalo tak dimanfaatkan”.
Beginilah setiap pagi ku lakukan, menikmati sinar matahari pagi di teras rumah. vitamin D dari matahari, yah begitulah aku menyebutnya.
               
***
Kembali aku mengingat kejadian tadi malam, ya mimpi dejavu yang kini berulang lagi. Beberapa lama aku termenung dan berpikir bulan September kah ini, dan setelah aku berpikir ternyata ini bulan Juli. Aneh memang, hanya untuk menyingkirkan pikiranku tentang dejavu September, aku harus membutuhkan waktu bermenit-menit untuk berdebat dengan kenyataan bahwa hari ini memang bulan Juli, ya bulan Juli bukan September.
Semalam entah mengapa mimpi tentangnya kembali berulang, tak hanya terlihat samar-samar melainkan begitu nyata, bahkan tempat dan hari keberadaanku dalam mimpi pun tersketsa jelas dalam mimpi kali ini. Ya dugaan kalian benar, pria dejavu itu lagi. Sampai sekarang aku masih bingung, mimpi apa ini lagi, karena semalam aku bermimpi berada di rumahnya bersama kedua orang tuanya dan berbicara tentang pernikahan (wahh,,, mimpinya terlalu sakral ya),  aku berdebat dengan pemahaman khayalanku yang berasumsi bahwa ini adalah potongan kehidupan di masa akan datang yang memang nyasar ke dalam mimpiku ataukah ini adalah kabar gembira atas penantian ku mengharapkan jodoh yang kelak akan menemuiku, semua berada dalam barisan pertanyaan konyolku yang terangkai otomatis dalam pikiranku.
Seperti biasanya, pemahaman kenyataan selalu mengatakan bahwa ini hanyalah bunga tidur yang sering dimimpikan oleh sisapa pun. Namun bagiku ini berbeda, pemahaman khayalanku kembali menolaknya. Ini adalah benar tanda Tuhan yang dia kirimkan melalui mimpi bahwa benar jodohmu adalah dia.
Aku tersadar kembali dari beberapa menit lamunanku,yang sibuk mencari-cari pembenaran tentang mimpiku. Aku mematikan mesin motor yang sedang ku panaskan sejak tadi, (hehehehe,,, andai masakan pasti sudah hangus ya). Ku keluarkan motorku dari bagasi segera dan bergegas menuju kampus untuk melanjutkan rutinitas kembali, menyelami kehidupan nyata. 
“Ibu, Aurora berangkat ke kampus dulu “ (menuju ibu untuk memberi salam)
“iya nak, hati-hati di jalan” (kata ibu sambil menyodorkan tangannya untuk ku ciumi)
“baru mau berangkat kak ? bukannya sudah dari tadi berangkat karena dari tadi itu motor dipanaskan” (adikku menyelutuk protes dari balik jendela pintu kamarnya)
“hehehehe… iya maaf,,,, motrnya tadi kelupaan dimatikan mesinnya” nyengir tidak jelas
“makanya kak, lain kali jangan dipelihara itu melamun tiba-tiba” (adikku menyela)
“hah, tidak kok. Tadi aku bukan melamun, tapi cuman Hmmm,,,,,” berpikir mencari pembelaan
“ apa kak? Tidak dapat alasan ? sudah ngaku saja deh kak, tapi jangan bilang pemikiran khayalan kakak habis berdebat dengan pemikiran kenyataan” (adikku sepertinya tahu kebaiasaanku)

***
Setibanya di kampus, aku langsung menemui Afifa untuk menceritakan mimpiku semalam padanya. 
“Afifa,,,, aku mau cerita, boleh kan?”
“cerita apa lagi ? cerita kalau barusan kamu ketemu pangeran berkuda atau tadi pagi bahkan kamu ditolongin sama dia?”
(ya, seperti inilah Afifa selalu menamakan orang yang kita kagumi sebagai Pangeran berkuda)
“Bukan, ini bukan tentang pangeran berkuda, tapi ini tentang pria dejavu”
“hah,dejavu September muncul lagi ? itukan kejadian sekitar
  Setahun yang lalu, apa mimpinya sama lagi ?” Tanya Afifa penasaran
 “Dengan orang yang sama dengan setahun yang lalu iya, tapi dengan cerita yang berbeda Afifa, bahkan lebih membingungkan dari  mimpi yang dulu”
“iya, bagaimana ceritanya? Cepat cerita, jangan makin buat saya semakin penasaran” desak Afifa padaku
“semalam aku bermimpi berada di rumahnya bersama kedua orang tuanya dan berbicara tentang pernikahan”
“hah, nikah ?” teriak Afifa kaget
“Hussss.,,, jangan keras-keras. Nanti di dengar sama yang lain, nanti orang-orang salah sangka lagi dan mengira saya mau nikah beneran “ protesku pada Afifa
“iya, iya maaf, kan beneran kaget saya. Terus ?”
“Dalam mimpi itu, terlihat sangat jelas semuanya seperti kenyataan Afifa, dan anehnya Pria dejavu itu sempat nangis di depan kedua orang tuanya demi mempertahankan keinginannya untuk nikah sama saya” jelasku
“hahahaha…. Lucu mimpi mu Aurora” Afifa tertawa geli.
“ya, maka dari itu saya menceritakannya padamu Afifa, saya bingung dengan mimpi ini, karena pemahaman khayalanku mengatakan bahwa ini adalah potongan kehidupan di masa akan datang yang nyasar ke dalam mimpiku sebagai tanda dari Tuhan bahwa penantianku tidak sia-sia, tapi pemahaman kenyataan selalu mengatakan bahwa ini hanyalah bunga tidur” aku memelas
“hmmmm….. tunggu dulu, setahuku bagi orang-orang yang sedang Falling in Love memang seperti ini, bermimpi menikah dengan orang yang diharapkannya, jadi memang mimpi kamu itu hanya sebatas bunga tidur Aurora” jelas Afifa
“Afifa, tak bisakah kau membenarkan pemahaman khayalanku dan mengatakan bahwa mimpi ini memang benar tanda Tuhan yang diberikan padaku” aku membujuk Afifa
“Aurora, dimana-mana orang mimpi itu hanyalah bunga tidur”
“Afifa gimana sih, bukannya setahun lalu waktu aku menceritakan dejavu September pertama kali, Afifa sangat mendukung dan membenarkan bahwa iya itu mimpi yang istimewa, ayolah Afifa katakan bahwa kali ini mimpiku juga benar” Aurora membujuk
“iya Aurora saya tahu kalau yang lalu itu membenarkan bahwa iya itu mimpi yang istimewa, tapi kan mimpi yang lalu kamu sebatas melihat keperawakan wajahnya denga jelas, tapi ini bermimpi menikah dengannya dan berharap itu benar akan menjadi kenyataan itu peluang kenyataannya kelak hanya 0,01 % malah”
“Aduhhhh… Afifa naikkin lah kemungkinanya jadi 50 % gitu “
“hehehe,,, mana bisa . peluang 50 % itu hanya mungkin untuk orang-orang yang sudah berkomitmen untuk menikah, nah sedangkan aurora bagaimana, jangankan dibilang pria itu sudah berkomitmen, perasaan pria dejavu pada Aurora pun juga tidak jelas, tidak pernah dia nyatakan pada Aurora, Kamu saja yang selalu sibuk membenarkan setiap peristiwa selama ini” Afifa menyadarkanku tentang mimpi kekonyolan ini
“iya, iya, aku ngalah…. Tapi mimpinya tetap akan ku aminkan, biar Afifa nanti kaget kalau liat kelak mimpinya jadi kenyataan :P”
“iya, Afifa juga mengAminkan,,, tapi Afifa cuman mengingatkan supaya Aurora jangan terlalu berharap pada seseorang, apalagi kalau hanya lewat mimpi”
“Okey deh Bosss Afifa” tersenyum menatap sahabatku yang satu ini


Ya, walaupun mimpi ini benar-benar tidak mungkin, dan hati ini berusaha membenarkan kenyataan bahwa itu hanya bunga tidur, tetapi jauh di lubuk hati yang paling dalam, tetap selalu ada harapan padanya Pria Dejavu September.

aku tak memberinya judul :)

Jika kau belum punya seseorang yang dapat kau percaya untuk mendengar ceritamu,
Torehkanlah pada lembaran kertas. Menulislah….


Baiklah akan ku ceritakan mengapa gadis tangguh itu tiba-tiba ingin pindah ke planet Mars. Dia marah pada penduduk bumi, karena menurutnya mereka jahat. Padahal dia sejak dulu sangat meyukai bumi, lalu sekarang dengan mudahnya ingin pindah ke tempat lain. Hanya karena ingin meninggalkan Bumi. Dia ingin melarikan diri, bukan karena ancaman dari penduduk bumi itu. Tidak selamanya orang lari dari sesuatu karena ketakutan atau ancaman bukan?, melainkan bisa juga karena kebencian, kesedihan, ataupun karena hilangnya harapan.
 
Dia bukan sedang patah hati, seperti dugaan teman-temannya. Dia bukan sedang galau merana karena sesosok makhluk yang bernama laki-laki, sama sekali bukan. Melainkan ada hal-hal yang lebih rumit. Lebih sakit daripada yang namanya patah hati. tentang pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya yang sejak setahun terakhir ini dia tanyakan.

Tentang orang-orang yang selalu ingin merusak kebahagiaan yang dia miliki, tentang rumah yang dulu dia percaya sebagai surga, dan tentang orang-orang yang tidak ada yang bisa dipercaya lagi, setelah tahu sebenarnya mereka begitu saja pergi. Bahkan ada saja yang secara bergantian berusaha membuat kekacauan. Sebenarnya semua bisa baik-baik saja jika ada yang meminta maaf dan memberi maaf. Semua sebenarnya bisa baik-baik saja jika ada dukungan dari orang-orang yang layak mendukung. Namun kenyataannya, mereka pun tak peduli. Berpura-pura tidak tahu atas apa yang terjadi pada keutuhan mereka. Mereka berpura-pura baik-baik saja, tanpa sadar mereka saling menyakiti. Dan dia begitu saja mengikut, menjadi sesosok gadis tidak peka. Hingga akhirnya semua menjadi benar-benar kacau.


Lalu apa yang harus dia lakukan, ketika semua orang tak ada yang menyadari luka masing-masing?.  Haruskah ada yang disalahkan?, siapa yang perlu disalahkan?, lantas setelah menyalahkan, apa semuanya akan menjadi pulih?, apa masalah akan selesai?, sama sekali tidak bukan?.. 

Senin, 13 April 2015

Kita adalah barisan perasaan, seperti layaknya rantai,
menatap seseorang yang sedang menatap orang lain,
tanpa sadar bahwwa ada seseorang jua yg menatapmu.
Ahh.. rumit sekali rupanya..
Bisakah berbalik saja?
Agar saling menatap,

Kamis, 02 April 2015

jika kau menemukannya sendiri

Kelak jika kau menemukannya sendiri,
tak usah tanyakan mengapa?
Teman-temannya telah melupakannya mungkin,
para sahabatnya telah mengabaikannya mungkin,
Pengagumnya pun telah meninggalkannya mungkin,
dia pun tak mengerti..

Dia terlalu lama memakai topeng,
maka ketika topengnya terbuka,
semua orang  tidak mengenalinya,
" adakah yg bisa tinggal?" gumamnya..

itulah mengapa dia menyukai langit,
Krn hanya pada langit, ia mampu bercerita banyak hal..
Tak perlu memakai topeng,
Langit selalu punya cara, membuat penghuni kolongnya
Merasa berterimakasih..

langit tahu kapan harus menjadi terik,
langit tahu kapan harus menjadi mendung,
langit tahu kapan menjadi gerimis,
Menjadi hujan pun begitu,
Dan dia mampu menterjemahkannya,
Merasa langit telah mendukungnya...

JiKa kelak kau menemukannya sendiri,
Tanyakan saja bagaimana kabar hatinya,
Karena dia akan menjawab "selalu berusaha baik" lirihnya..

Minggu, 29 Maret 2015

Senja yang pergi

Senja yang pergi
Aku menyukai ‘senja’, senja bulat utuh berwarna jingga kemerahan yang melangkah pasti menuju ujung laut.
Aku menyukai ‘senja’, senja setengah lingkaran yang setengahnya telah pergi, setidaknya setengahnya lagi masih nampak, mengucapkan selamat tinggal pada langit.
Aku menyukai ‘senja’, senja yang sudah tak nampak lagi, tetapi pancaran sinar kemerah-merahannya masih terlukis pada langit, setidaknya senja masih memberi kabar pada langit.
Aku menyukai ‘senja’, yang telah digantikan malam, yang meninggalkan langit sendiri dalam kegelapan, setidaknya setelah senja pergi, langit menampakkan dirinya yang indah, langit malam yang jauh lebih indah ketimbang di siang hari….
Dan aku suka wujud ‘senja’ yang lain, yang katanya bernama ‘fajar’, indah sekali, karena ia datang bukan pergi. Kedatangannya hanya diketahui oleh sebagian kecil, hanya aku (Langit yang akan kau temui ketika kau baru tiba)..
Dengan kedatangan ‘fajar’ setidaknya saya tahu bahwa waktu untuk menunggu telah kuhabiskan sehari…

Berharap ‘fajar’ segera tiba setelah kepergian ‘senja’

Impuls Menyisakan Luka

“Kau datang dengan gaya impulsif mu dalam waktu yang sangat singkat terhadapku. Seperti pantulan bola, awalnya datang dengan kecepatan yang besar namun tetiba saja kau memantul pergi secara perlahan. Ya kau menyisakan luka dengan kekuatan impuls mu yang besar… Hebat kau mampu mengaplikasikan teori itu tepat di hati ku”
Aku semakin paham sekarang #BenangMerah

Ya begitulah sepenggal inspirasi yg tetiba saja melintas di otakku ketika mengajarkan materi impuls di SMA kelas 2 kemarin,,, maka kali ini kan ku lengkap kan paragraph itu menjadi sebuah cerita…

Simak yuuukk.. J

Kau aneh, menjadi tukang “teror” sang penggangu, dulu. Melangkah pasti, mengikuti jejakku, menyusuri setiap sudut jalan yang ku tapaki. Aku tak suka caramu, kau terlalu terik barada di dekatku.. Intensitas radiasi mu tak mampu ku terjemahkan..

Saking lelahnya aku menghadapi terikmu, maka ku berikan kesempatan untuk mu mengenalku, Aku merasa aneh awalnya, mengapa memberi kesempatam padamu?? Sang pengganggu !!!

Kau hadir  dengan segala konsep dan cara pandang yang kau celotehkan padaku. Miris ! aku terbiasa dengan itu, menyukai setiap gerak-gerikmu. Mulai terbiasa dengan terikmu. sangat terbiasa bahkan.

Namun pada suatu ketika, entah mengapa aku tetiba ragu. ya ragu pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yang kau ceritakan padaku dari sudut pandangmu. Sulit memahami semuanya. Aku pergi, aku menjadi senja bagi terikmu di siang hari. Menyisakan luka yang dalam padamu dan kau membenciku, ya sangat membenciku. Aku harap saat itu kau tidak segera mengira waktu telah malam.
Sebulan, setahun, dua tahun, entah. Seharusnya aku melupakanmu, atau bahkan membencimu yang sudah sangat membenciku.
Dan pagi kita pun bertemu di waktu yang sama di bumi. kau datang lagi dengan harapan baru, dengan dirimu yang baru, berdamai dengan keadaan, berdamai dengan dirimu. Namun dalam waktu yang tidak begitu lama, tetiba saja kau memintaku untuk tidak berharap lagi.

Kali ini kau datang dengan gaya impulsif mu dalam waktu yang sangat singkat.
Seperti pantulan bola, awalnya datang dengan kecepatan yang besar
namun tetiba saja kau memantul pergi secara perlahan.

Ya kau menyisakan luka padaku. Aksi balas dendam kah ini? batinku berkecamuk. Lalu haruskah aku membencimu seperti dulu kau membenciku?. Ah, rasanya tidak adil jika dendam dibalas dengan dendam.

Maka kali ini, hari telah benar-benar menjadi malam.
Dan aku menyukainya,
Karena aku menemukan jalan berbicara dengan Tuhan,
Tuhan berbisik, “seharusnya kau bertahan hingga akhir dengan prinsip mu, dulu”



Selasa, 17 Maret 2015

HanyaUntuk Menjaga Rasa

Maaf…
Untuk rasa yang tertahankan
Yang terpaksa harus ku hindari
Meski kadang hati ini berkecamuk
Menepi, tersembunyi, dan tak mengerti

Terimakasih . . .
Untuk sebuah rasa yang dulu
Yang kini masih kau ibakan padaku
Meski kadang ingin ku angkat kau dari rasa itu
Menghapus, melupakan, dan tak mau peduli

Kini . . .
Kau benar-benar ingin pergi
Meninggalkan rasa yang tertinggal 
Meski terasa ada rasa bersalah disini
Ku biarkan, meredup, dan tak merasa lagi

Biarkan . . .
Waktu menjawab sebuah tanya ini
Pada segelintir misteri dalam sebuah rasa
Meski harus menentang logika dan hati

Ku ijinkan, menggema, dan tak terdengar


Karena hati ini hanya berusaha menahan rasa
Agar ia tak membara membakar hati ini
Untuk semakin berharap pada hati yang memautku
Karena hati ini hanya berusaha menjaga rasa
Agar ia tak menempatkannya di hati mu
Namun ku simpan untuk sebuah nama di Lauh Makhfudz
Yaa,, hanya untuk menjaga rasa …
ku biarkan hati berteman sepi
agar hati tetap disini, tetap menjadi milikku 

Jumat, 02 Januari 2015

Yuuk mematikan mesin dan mendorong motor saat dalam antrian di SPBU

Ditengah carut marutnya kenaikan BBM beberapa bulan lalu dari Rp.6500/liter menjadi Rp.8500/liter dan kini di awal tahun baru menjadi Rp.7600/liter. Banyak kalangan yg bertanya-tanya, ada apa gerangan??

Namun, kali ini ada hal lain yang perlu kita sama-sama kritisi jua. Ya, satu hal yang saya juga baru sadari beberapa hari lalu... Mengenai pemborosan penggunaan BBM. Kebanyakan pengendara motor yang ingin mengisi bensin di SPBU, mengantri sambil menyalakan mesin motor. Bukankah itu sebuah pemborosan??.. Apalagi kalau masih berada pada antrian belakang, wuiihhh bisa berapa cc bensin yang terbuang percuma??.. Memang sihh cuman sedikit bensin yg terbuang saat itu untuk masing-masing motor. Namun jika semua motor di setiap SPBU melakukan hal demikian, berapa banyak totalnya?? Banyak kan? :(
so, tidak ada ruginya kan mematikan mesin dan mendorong motor saja saat dalam antrian??..

Bukankah sudah aturan pertamina bahwa harus mematikan mesin saat memasuki area pertamina?. Namun ternyata banyak pengguna yang tidak mengindahkan aturan tersebut.     saya penasaran, saya mencoba mencari tulisan (aturan) tersebut yang bisa saya baca di pertamina saat sedang mengantri mengisi bensin. Namun yang terlihat dari pandangan saya hanya tulisan yang ukurannya kecil tulisannya gini "matikan mesin anda saat pengisian bensin" (fungsinya untuk mencegah kebakaran di SPBU). Tentunya tulisan itu belum mewakili apa yang saya maksudkan tadi. Pengendara motor memang mematikan mesin saat petugas pertamina mengisikan bensin, tapi tidak saat pengendara sedang mengantri..

Saran saya, perlu semacam pamflet atau apalah yang dipasang di setiap SPBU mengenai hal itu (meminimalisir penggunaan bensin yang sia-sia) dengan ukuran tulisan yang cukup besar yang bisa dibaca dengan jelas oleh pengendara motor saat akan mengisi tangki bensin motor mereka.
Minimal tulisannya seperti ini
"Matikan Mesin dan dorong saja motor Anda saat dalam antrian"
Atau lebih sopan seperti ini :
"Matikan Mesin kendaraan (motor) anda saat dalam antrian hingga telah diisi bensin"
Oya,, aturan ini hanya berlaku untuk motor/bentor saja ya, :) karena kalau mobil bisa berabe, gimana cara dorongnya :D hehehe..

Mari, memulai dari diri sendiri dan minimal memberitahukannya kepada teman terdekat kita..

_Salam Peduli