oya semua tulisan tentang Dejavu ini bermula dari niatan saya beberapa tahun lalu untuk mengikuti lomba menulis cerpen mengenai Bulan September, nah disitu saya bermula terinspirasi menulis tentang kisah Dejavu, hingga menjadi beberapa Part...
Kembali
tentang DEJAVU
Mentari
pagi kembali menyapaku dalam radiasi kalornya, menghangatkan jiwa yang telah
membeku oleh rutinitas sehari-hari. Setiap detik pagi yang ku lalui menjadi
momen berharga yang ku nikmati dan bagi setiap jiwa-jiwa perindu surga. Terlalu
banyak hal yang menarik untuk dirangkaikan dalam barisan diary hatiku. Termasuk
malam tadi, semua penat hati seharian telah ku rangkaikan dalam tumpukan kertas
bersampul hijau dengan sketsa gambar capung hiasannya. Yah, beginilah para pengagum waktu menjadikan
setiap detiknya tak terlewatkan untuk diabadikan dalam rangkaian kata terikat
dalam diary.
Suara ibu mengagetkanku yang
sejak tadi terpaku di teras rumah merasakan kesejukan pagi.
“Aurora …… masuk nak,
sarapan dulu” (teriak ibu dari ruang makan)
“iya
ibu, 5 menit lagi. Sayang nih vitamin D nya kalo tak dimanfaatkan”.
Beginilah setiap pagi ku lakukan, menikmati sinar
matahari pagi di teras rumah. vitamin D dari matahari, yah begitulah aku
menyebutnya.
***
Kembali
aku mengingat kejadian tadi malam, ya mimpi dejavu yang kini berulang lagi.
Beberapa lama aku termenung dan berpikir bulan September kah ini, dan setelah
aku berpikir ternyata ini bulan Juli. Aneh memang, hanya untuk menyingkirkan
pikiranku tentang dejavu September, aku harus membutuhkan waktu bermenit-menit
untuk berdebat dengan kenyataan bahwa hari ini memang bulan Juli, ya bulan Juli
bukan September.
Semalam
entah mengapa mimpi tentangnya kembali berulang, tak hanya terlihat samar-samar
melainkan begitu nyata, bahkan tempat dan hari keberadaanku dalam mimpi pun
tersketsa jelas dalam mimpi kali ini. Ya dugaan kalian benar, pria dejavu itu
lagi. Sampai sekarang aku masih bingung, mimpi apa ini lagi, karena semalam aku
bermimpi berada di rumahnya bersama kedua orang tuanya dan berbicara tentang
pernikahan (wahh,,, mimpinya terlalu sakral ya), aku berdebat dengan pemahaman khayalanku yang
berasumsi bahwa ini adalah potongan kehidupan di masa akan datang yang memang
nyasar ke dalam mimpiku ataukah ini adalah kabar gembira atas penantian ku
mengharapkan jodoh yang kelak akan menemuiku, semua berada dalam barisan
pertanyaan konyolku yang terangkai otomatis dalam pikiranku.
Seperti
biasanya, pemahaman kenyataan selalu mengatakan bahwa ini hanyalah bunga tidur
yang sering dimimpikan oleh sisapa pun. Namun bagiku ini berbeda, pemahaman
khayalanku kembali menolaknya. Ini adalah benar tanda Tuhan yang dia kirimkan
melalui mimpi bahwa benar jodohmu adalah dia.
Aku tersadar kembali dari
beberapa menit lamunanku,yang sibuk mencari-cari pembenaran tentang mimpiku.
Aku mematikan mesin motor yang sedang ku panaskan sejak tadi, (hehehehe,,,
andai masakan pasti sudah hangus ya). Ku keluarkan motorku dari bagasi segera
dan bergegas menuju kampus untuk melanjutkan rutinitas kembali, menyelami
kehidupan nyata.
“Ibu, Aurora berangkat ke
kampus dulu “ (menuju ibu untuk memberi salam)
“iya nak, hati-hati di
jalan” (kata ibu sambil menyodorkan tangannya untuk ku ciumi)
“baru mau berangkat kak ?
bukannya sudah dari tadi berangkat karena dari tadi itu motor dipanaskan”
(adikku menyelutuk protes dari balik jendela pintu kamarnya)
“hehehehe… iya maaf,,,,
motrnya tadi kelupaan dimatikan mesinnya” nyengir tidak jelas
“makanya kak, lain kali
jangan dipelihara itu melamun tiba-tiba” (adikku menyela)
“hah, tidak kok. Tadi aku
bukan melamun, tapi cuman Hmmm,,,,,” berpikir mencari pembelaan
“ apa kak? Tidak dapat
alasan ? sudah ngaku saja deh kak, tapi jangan bilang pemikiran khayalan kakak
habis berdebat dengan pemikiran kenyataan” (adikku sepertinya tahu kebaiasaanku)
***
Setibanya di kampus, aku
langsung menemui Afifa untuk menceritakan mimpiku semalam padanya.
“Afifa,,,, aku mau cerita,
boleh kan?”
“cerita apa lagi ? cerita
kalau barusan kamu ketemu pangeran berkuda atau tadi pagi bahkan kamu
ditolongin sama dia?”
(ya, seperti inilah Afifa selalu menamakan orang yang
kita kagumi sebagai Pangeran berkuda)
“Bukan, ini bukan tentang
pangeran berkuda, tapi ini tentang pria dejavu”
“hah,dejavu September muncul
lagi ? itukan kejadian sekitar
Setahun yang
lalu, apa mimpinya sama lagi ?” Tanya Afifa penasaran
“Dengan orang yang sama dengan setahun yang
lalu iya, tapi dengan cerita yang berbeda Afifa, bahkan lebih membingungkan
dari mimpi yang dulu”
“iya, bagaimana ceritanya?
Cepat cerita, jangan makin buat saya semakin penasaran” desak Afifa padaku
“semalam aku bermimpi berada
di rumahnya bersama kedua orang tuanya dan berbicara tentang pernikahan”
“hah, nikah ?” teriak Afifa
kaget
“Hussss.,,, jangan
keras-keras. Nanti di dengar sama yang lain, nanti orang-orang salah sangka
lagi dan mengira saya mau nikah beneran “ protesku pada Afifa
“iya, iya maaf, kan beneran
kaget saya. Terus ?”
“Dalam mimpi itu, terlihat
sangat jelas semuanya seperti kenyataan Afifa, dan anehnya Pria dejavu itu
sempat nangis di depan kedua orang tuanya demi mempertahankan keinginannya
untuk nikah sama saya” jelasku
“hahahaha…. Lucu mimpi mu
Aurora” Afifa tertawa geli.
“ya, maka dari itu saya
menceritakannya padamu Afifa, saya bingung dengan mimpi ini, karena pemahaman
khayalanku mengatakan bahwa ini adalah potongan kehidupan di masa akan datang
yang nyasar ke dalam mimpiku sebagai tanda dari Tuhan bahwa penantianku tidak
sia-sia, tapi pemahaman kenyataan selalu mengatakan bahwa ini hanyalah bunga
tidur” aku memelas
“hmmmm….. tunggu dulu, setahuku
bagi orang-orang yang sedang Falling in
Love memang seperti ini, bermimpi menikah dengan orang yang diharapkannya,
jadi memang mimpi kamu itu hanya sebatas bunga tidur Aurora” jelas Afifa
“Afifa, tak bisakah kau
membenarkan pemahaman khayalanku dan mengatakan bahwa mimpi ini memang benar
tanda Tuhan yang diberikan padaku” aku membujuk Afifa
“Aurora, dimana-mana orang
mimpi itu hanyalah bunga tidur”
“Afifa gimana sih, bukannya
setahun lalu waktu aku menceritakan dejavu September pertama kali, Afifa sangat
mendukung dan membenarkan bahwa iya itu mimpi yang istimewa, ayolah Afifa
katakan bahwa kali ini mimpiku juga benar” Aurora membujuk
“iya Aurora saya tahu kalau
yang lalu itu membenarkan bahwa iya itu mimpi yang istimewa, tapi kan mimpi
yang lalu kamu sebatas melihat keperawakan wajahnya denga jelas, tapi ini
bermimpi menikah dengannya dan berharap itu benar akan menjadi kenyataan itu
peluang kenyataannya kelak hanya 0,01 % malah”
“Aduhhhh… Afifa naikkin lah
kemungkinanya jadi 50 % gitu “
“hehehe,,, mana bisa .
peluang 50 % itu hanya mungkin untuk orang-orang yang sudah berkomitmen untuk
menikah, nah sedangkan aurora bagaimana, jangankan dibilang pria itu sudah
berkomitmen, perasaan pria dejavu pada Aurora pun juga tidak jelas, tidak
pernah dia nyatakan pada Aurora, Kamu saja yang selalu sibuk membenarkan setiap
peristiwa selama ini” Afifa menyadarkanku tentang mimpi kekonyolan ini
“iya, iya, aku ngalah…. Tapi
mimpinya tetap akan ku aminkan, biar Afifa nanti kaget kalau liat kelak
mimpinya jadi kenyataan :P”
“iya, Afifa juga
mengAminkan,,, tapi Afifa cuman mengingatkan supaya Aurora jangan terlalu
berharap pada seseorang, apalagi kalau hanya lewat mimpi”
“Okey deh Bosss Afifa” tersenyum
menatap sahabatku yang satu ini
Ya, walaupun mimpi ini
benar-benar tidak mungkin, dan hati ini berusaha membenarkan kenyataan bahwa
itu hanya bunga tidur, tetapi jauh di lubuk hati yang paling dalam, tetap
selalu ada harapan padanya Pria Dejavu September.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar