Sabtu, 31 Desember 2016

Merayakan Tahun Baru (?)

Sejak seminggu yang lalu Adikku Pais selalu menanyakan segala hal mengenai tahun baru. Dia banyak maunya; mau beli petasan, mau tiup-tiup terompet, kumpul sama bocah-bocah tetangga, bikin acara sama mereka, dan minta dibangunkan pas jam 12 teng. Maklumlah dia masih kanak-kanak. Umurnya masih 10 tahun, memang masanya bermain dan ikut-ikutan bersama teman-temannya. Namun ku batasi ia hanya boleh di sekitar rumah saja, tidak boleh jauh-jauh.

Tapi seingatku, saya waktu kanak-kanak tak seperti itu. Tidak terlalu menggilai malam tahun baru. Hingga kebawa sampai sekarang. Menurutku nothing special. Jadi kami sekeluarga memang tak punya schedule  untuk keluar malam tahun baruan. Yang ku ingat di malam tahun baru ialah bagaimana Ibuku dulu selalu menyiapkan makanan special yang berbeda dari biasanya. Mungkin, begitulah caranya mengumpulkan kami di rumah agar anak-anaknya tak keluar rumah bermain petasan, meniup terompet, maupun berhura-hura di luar.

Tak ada yang ku siapkan memang. Hingga siang tadi Bapakku membawa barang belanjaannya. Bahan-bahan yang bisa ku buat menjadi mie goreng : mie besar, bakso, daun bawang dan seledri, berbagai jenis sayur, dan bumbu-bumbunya.  Malam ini dengan segala kemampuan ku yang apa adanya dengan mengingat cara membuatnya sesuai ajaran ibuku, saya membuatnya. Mengulek bumbu, memotong sayur, merebus mie dan baksonya untuk segera bisa ku campur semuanya di wajan. Senyumku merekah saat semuanya telah selesai.

“Tadaaa… Sudah selesai” saya membawa dua piring mie ku berikan ke adik-adikku yang sedari tadi menunggu di depan TV.

“Wahhh…Asik” ucap mereka dengan mata berbinar bahagia melihatku keluar dari dapur.

Kening Eni berkerut, sedangkan Pais berlari mengambil air minum.

“Rasanya kenapa?” Tanya saya penasaran

“Pedis sekali kak” Pais protes

Huff…ternyata kelebihan merica. Sayang saya belum sehebat Ibu dalam hal memasak. Tapi tak apa setidaknya malam ini kami bertiga kumpul di rumah meski tanpa Ibu. #Al-Fatihah buat Ibu.
***

Di tahun 2016 ini banyak hal yang dicapai. Alhamdulillah. Salah satunya yaitu akhirnya berat badanku bertambah dari 40 kg menjadi 49 kg. hahahaha. Banyak hal baru yang dipelajari misalnya dengan bergabung dengan teman-teman komunitas Pecandu Aksara. Bisa ikut berbagai workshop kepenulisan dan berbagai kegiatan literasi. Sejak dulu memang saya selalu ingin bertemu dengan orang yang berkecimpung di dunia literasi. Terimakasih atas kesempatannya.

Tahun ini saya juga bisa pulang dari perantauan. Setelah mengabdi di daerah pedalaman Papua selama setahun. Memecahkan celengan rindu bersama keluarga, sahabat dan kakak-kakak keren di SIGi Makassar. Kembali berkecimpung di dunia volunteer bersama mereka.  Hal bahagia lainnya ialah melihat teman-teman SMP dan SMA yang sudah menikah bahkan memiliki anak. Wahhh bahagia sekali *mulai Baper* #JodohManaJodoh  -_-'

Tentu hidup tak selalu menempatkan kita terus berada di zona nyaman. Tahun ini tak hanya diisi dengan hal bahagia saja. Ada banyak sedihnya juga. Tentang kehilangan, tentang kekecewaan, tentang penyesalan dan patah hati. Tentang Ibu yang belum sempat ku peluk lagi sejak kepergianku ke tanah rantau. Tentang seseorang yang ku sebut lelaki teduh pergi tanpa pamit. Dan tentang kedatangan orang baru di rumah yang belum bisa ku terima. Sungguh cobaan yang datang bertubi-tubi.

“Tuhan sayang sama Uni, jadi ujiannya banyak supaya naik kelasnya lompat beberapa tingkat” kata seorang sahabat member semangat.

“Semuanya hanyalah tentang penerimaan dek” katanya menguatkan. (Terimakasih telah datang menghapus kenang)

Ini adalah persoalan Takdir. Kita memang harus mengalami banyak kehilangan untuk mensyukuri bahwa sesuatu yang hilang itu pernah ada memberi senyum. Tentunya setelah berbagai hal menghampiri, banyak pelajaran berharga yang diperoleh. Mari muhsabah diri. Agar kelak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.


“Barang siapa hari ini lebih baik dari kemarin dialah tergolong orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah orang yang merugi. Barang siapa yang lebih buruk dari kemarin dialah orang celaka” HR.Hakim 

Kamis, 29 Desember 2016

Kelas Menulis SIGi Makassar #Menulis Tak Membuatmu Rugi

Langit mendung sore itu sempat membuatku mengurungkan niat untuk mengikuti kelas menulis yang diadakan oleh para pegiat komunitas SIGI Makassar. Namun tak mau ku lewatkan pertemuan kali ini dengan mereka, apalagi pematerinya adalah kakak tetua SIGi yakni kak Nunu’ yang juga merupakan ketua komunitas Blogger Makassar. Kece badai kan?? Hehehe

Kelas menulis ini bertempat di Kedai Pojok Adhiyaksa, belajar sambil nongkrong. Diadakan di penghujung tahun, Kamis 29 Desember 2016. Tempat dan waktu yang cukup menarik, sayang untuk dilewatkan.

Lima menit mondar-mandir di rumah beradu galau dengan langit antara hujan atau tidak, dan aku antara pergi atau tidak. Akhirnya keputusanku ialah pergi.

“Mari kita berangkat” ajakku pada Redho, panggilan yang ku sematkan pada motor merahku.

Empat puluh lima menit perjalanan dari Samata-Adhiyaksa akhirnya aku sampai di tempat tujuan dengan kecepatan Redho 35 km/jam. Maklum ia agak sedikit bermasalah jadi tak bisa diajak balapan. Alias karena aku pun takut berkendara dengan kecepatan tinggi. Hehehe



Setelah sholat magrib, kelas akhirnya di mulai. Kak Nunu membawakan kelas dengan santai tapi serius dan menyenangkan tentunya.

“Salah satu cara mudah untuk berbagi adalah melalui tulisan” jelasnya.

Teman-teman SIGiers mengangguk-angguk tanda sepakat sepertinya. Penjelasan tersebut memang sesuai dengan tagline kami #Berbagi tak membuatmu rugi. Menurut kak Nunu’ pegiat komunitas yang menulis akan berbeda dengan pegiat komunitas yang tidak menulis.

“Menulis adalah salah satu cara mendokumentasikan sejarah. Kelak beberapa tahun ke depan, akan ada saatnya kita tersenyum-senyum sendiri membaca tulisan kita di blog yang tentunya menjadi sejarah bagi kehidupan kita” tambahnya.

Selain memacu semangat SIGiers untuk menulis. Kak Nunu’ juga menjelaskan tentang Blog. Blog adalah rumah. Tempat dimana kita menumpah ruahkan perasaan dan segala kegiatan yang bisa diceritakan disana. Tujuan ngeblog yakni berbagi, berkreasi, dan menginspirasi. Tulislah apapun yang bisa ditulis tentang pengalaman pribadi, tentang orang-orang yang ditemui, tentang tempat-tempat yang didatangi, dan apapun yang dirasakan oleh indera. Sebab, kita tidak pernah tahu mana tulisan yang disukai pembaca, meski kita sendiri menganggap tulisan kita keren semua. Hahahaha.  

“Melalui blog juga, kita bisa memperoleh penghasilan. Misalnya menjadi endorse bagi perusahaan besar untuk mengiklankan produknya, ada tawaran menulis oleh berbagai media dengan bonus yang lumayan, atau kita bisa mengikutkan tulisan maupun blog di lomba. Kan lumayan hadiahnya” kata kak Nunu’ dengan semangat yang membara.

Tulisan yang baik ialah tulisan yang mengalir dan rapi, detail, berisi data/wawancara, tidak panjang /pendek namun mampu menyentuh hati pembaca. Iyaa meneyentuh hati. Bukankah apapun yang dari hati akan sampai ke hati juga. ;)

Berikut tips-tips menulis dari kak Nunu: dalam menulis yang perlu dilakukan yaitu membuat kerangka tulisan, paragraph awal harus dibuat menarik, perbanyak data, kurangi kata sifat (tapi deskripsikan). Intinya agar  pembaca bisa merasakan ada dalam cerita, bisa larut dalam cerita. Seolah pembaca ialah tokohnya. Dalam menulis juga ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan yaitu merasa lebih pintar/bodoh dari pembaca, terlalu banyak istilah asing, kalimat/paragraph yang panjang.

Agar tulisan fokus, langkah-langkahnya : menentukan tema, sudut pandang, menentukan alur (urutan logis: sebab akibat, khusus atau umum), menyusun pertanyaan 5 W + 1 H, dan menjawab pertanyaan.  

“Kak.. Bagaimana cara memulai tulisan?” Tanya seorang peserta

“Dimulai dari sebuah quote atau cuplikan lirik lagu misalnya. Selebihnya biarkan tulisan mengalir” jawab kak Nunu’ singkat.

***

Setelah menjelaskan, kak Nunu memberikan sebuah tantangan. Kami diminta untuk menyediakan kertas dan pulpen. Masing-masing dari kami menyebutkan satu kata dan terkumpullah sebelas kata: Rumah, nyanyi, mikir, dota, tampan, mimpi, kuning, tidur, langit, dinasourus, dan mengaji. Kumpulan kata tersebut kemudian dijadikan sebuah cerita oleh masing-masing dari kami.

“Duuuhhhh..kayak ujian ku rasa” kata ayu memecahkan suasana

“Kak Nunu’ ada hadiahnya tohh yang menang” kak Indi mau nulis jika dapat hadiah

“Hahahaha” tawa pun pecah dan kemudian kami bergelut dengan pulpen dan kertas masing-masing.  

Ini salah satu tulisan yang tercipta.
Bau tanah basah menyapa di pagi hari. Seorang wanita sedang menikmati langit kala itu di dipan-dipan depan rumahnya. Rambutnya yang mulai memutih dan kacamatanya yang tebal, menandakan ia telah renta. Pikirannya mengambang mengingat masa-masa kecilnya: saat bermain boneka dinasourus, saat ia rajin melangkahkan kaki ke mesjid belajar mengaji, saat ia mendapatkan piala dalam konteks menyanyi, betapa ia menggilai warna kuning hingga segala benda kepunyaannya memiliki warna senada.

Wanita itu kini berpindah ke dalam kamar. Membuka sebuah catatan kecil masa lalunya. Disana, di halaman paling depan buku itu tertulis sebuah mimpi tentang game yang ingin diciptakannya dan sekarang dikenal sebagai Dota.

Lelah mengenang masa lalunya, wanita itu tertidur. Namun ada sesuatu yang luput dari ingatannya saat mengenang tadi yakni tentang seorang laki-laki dengan hidung mancung, kulit putih, mata berbinar dan senyum yang menawan. Wanita itu memanggilnya lelaki tampanku. Lelaki itu ialah putra semata wayangnya. Ia merindukannya.
   
***

SIGi Makassar merupakan salah satu komunitas sosial di Makassar, singkatan dari Sahabat Indonesia Berbagi. Ada lima jenis kegiatan berbagi yang sering dilakukan yakni Project Berbagi (PB), Aksi Sahabat Indonesia Tebar Buku (AISITERU), Baca Tulis Aritmatika Dakwah dan English (CARAKDE), Teater Edukasi Keliling (TELING), dan Receh Kahuripan (RK).

Kegiatan PB merupakan kegiatan rutin sekali dalam 3 bulan dengan tujuan berbagi keceriaan bersama adik-adik panti asuhan. Kegiatan AISITERU merupakan kegiatan membuka lapak baca di tempat umum dan juga donasi buku untuk adik-adik yang membutuhkan.  Kegiatan CARAKDE merupakan kelas alternatif yang bertujuan meningkatkan minat belajar adik-adik dengan menciptakan suasana menyenangkan. Kegiatan TELING merupakan pemutaran film edukatif kepada adik-adik di pedalaman Sulsel. Kegiatan RK merupakan program bulanan mengumpulkan celengan (uang koin/kertas) para SIGiers untuk dimasukkan ke kas komunitas.

Selain kegiatan yang diperuntukkan untuk berbagi ke adik-adik, komunitas ini juga menyediakan kegiatan untuk para SIGiers #KamiButuhLiburan hahaha.. maka diadakanlah Funtrip SIGi. Hingga saat ini kami sudah mendaki ke Bulusaraung, Bawakaraeng, dan Lembah Loe. Nah, satu lagi kegiatan yang tak kalah serunya yaitu kelas kreatif. SIGiers akan dilatih dengan berbagai keterampilan. Nah inilah yang ku ceritakan tadi kelas menulis SIGi Makassar.


Ingin bergabung dengan SIGi Makassar? 
Silahkan invite @SIGiMks di twitter atau sigimks di IG 

Sabtu, 24 Desember 2016

Pulang yang ku rindukan (?)

Ada 'pulang' yang ku rindukan.
Tapi entah kemana tujuan pulang itu.
Segala tempat yang pernah membuatku nyaman telah ku datangi. Perpustakaan, kelas fisika, di tengah keluarga komunitas, bahkan kucari hingga ke pusara ibu.
Namun belum juga tertuntaskan dahaga rindu itu.

Hari ini ku coba menginjakkan kaki ke tanah kelahiran,  Bantaeng, Butta toa,  begitu orang-orang menyebutnya.  Kabupaten yang dikenal dengan kebersihan kotanya,  wisata pantai seruni,  pantai marina, permandian ermes,  air terjun bissappu, dan pegunungan loka dengan kekayaan sayur-mayurnya.

Pagi ini,  ku langkahkan kakiku dengan mantap kesana.  Berharap menemukan tujuan 'pulang' yang dirindukan. Mumpung anak sekolah sedang liburan, aku bebas dari siswa privatku dan rutinitas pagi mengantar-jemput adikku sekolah.

Setelah menempuh perjalanan 3 jam, mobil yang ku tumpangi telah memasuki gerbang perbatasan
"Selamat datang di Kabupaten Bantaeng" tertulis dengan rapi di gapura.
Di sisi kanan-kiri jalan,  berderet rapi pohon-pohon kelapa, dilengkapi dengan penjual air kelapa segar di bawahnya. Deru ombak dari kejauhan jua seolah menyambut kedatanganku. Tak jauh dari perbatasan,  mobil berbelok memasuki jalan menuju kampungku, Lemoa kel. Bontomanai,  kec. Bissappu .

Barisan pohon kapuk, ubi kayu yang berbaris rapi,  kebun-kebun jagung nan hijau, diselingi beberapa rumah warga. Aku mengenalnya. Kampung ini tak banyak berubah.  Berbeda dengan kota makassar yang bahkan hanya ditinggal setahun saja sudah banyak perubahan pada jalan-jalan yang biasa ku lewati.

Kampung Lemoa, nama yang unik. Dalam bahasa bantaeng lemoa artinya jeruk. Kampung ini dulu kaya akan berbagai jenis jeruk. Aku ingat,  sewaktu masih kanak-kanak aku selalu ikut ke kebun bersama sepupuku. Menyirami lombok, timun, dan labu di kebun.  Sesekali di tengah peristirahatan kami,  kami berburu jeruk. Kata nenek jeruk yang jatuh saja yang boleh diambil karena buah yang bagusnya sudah dijual meski masih ada di pohonnya. Tapi maklum kami masih kanak-kanak, otak kreatif kami jalan. Kami menggoyang-goyangkan batang pohon jeruk hingga ada beberapa buah yang terjatuh. Kami memungutnya dan memakannya tanpa rasa bersalah. Hehehe.

Setibanya di rumah nenekku,  Ibu dari bapakku. Nenek segera menyambut.  Ada rindu yang ia lepaskan dengan melihat kedatanganku. Aku tak berkabar memang jika akan datang. Banyak hal yang ia sampaikan padaku,  tentang segala kekhawatiran dahulu dan kini telah terjadi. Aku menjawabnya dengan senyum saja . Tak banyak yang bisa ku sampaikan. Aku juga sedang menata hati, Nek. Batinku mendukung. Ada sedikit perasaan lega yang tertampak dari wajahnya melihatku baik-baik saja.

Nenek tertawa melihat adikku yang tumbuh besar dan gemuk,  begitupun denganku.
"Aku memberinya makan yang banyak memang, sehari 4 atau 5 kali. Hahahahaha" jelasku mencairkan suasana.

Selasa, 06 Desember 2016

Secarik Pesan pada Surat Imajinasi

Reii… apa kabar?

Aku sengaja menuliskan surat ini untukmu, aku rindu sungguh. Meski entah, apa surat ini akan sampai padamu atau tidak. Aku bingung, bagaimana mengirimnya.
Disini, aku bahagia. Ada banyak teman yang ku jumpai dan segala kebutuhanku terpenuhi. Allah kita maha baik. Dia Maha pemenuh janji, Reii.. Maka jangan khawatir lagi.

Tetapi aku sedih Reii, apa yang terjadi padamu?

Kenapa tak pernah lagi ku dengar lantunan suara merdumu membaca surat cinta Allah kita.
Apa karena aku tak ada di samping mu lagi Reii??

Jangan.. ku mohon jangan jadikan aku sebagai alasan. Aku sangat berterimakasih, selama ini kau yang membacakan surat-surat itu untukku. Aku memang tak bisa membaca, hanya mengeja. Dan melaluimu, aku senang mendengarkan kalam-kalam Tuhan kita.

Reii, aku rindu dengan bacaanmu… meski aku tak lagi duduk disampingmu mendengarkan, percayalah dari sini aku mendengarnya. Kalam-kalam itu bahkan bisa menembus dimensi ruang  dan waktu yang berbeda. Pun menembus alam yang berbeda. Kau percaya kan?

Reii.. Jikapun kalam-kalam itu bukan lagi untuk kau perdengarkan padaku. Perdengarkanlah juga untuk hatimu sendiri. Ya untuk dirimu Reii.. 
Sekarang bukan aku yang membutuhkannya, melainkan untuk mu yang masih ada di dunia..