Reii… apa kabar?
Aku sengaja
menuliskan surat ini untukmu, aku rindu sungguh. Meski entah, apa surat ini
akan sampai padamu atau tidak. Aku bingung, bagaimana mengirimnya.
Disini, aku
bahagia. Ada banyak teman yang ku jumpai dan segala kebutuhanku terpenuhi.
Allah kita maha baik. Dia Maha pemenuh janji, Reii.. Maka jangan khawatir lagi.
Tetapi aku sedih
Reii, apa yang terjadi padamu?
Kenapa tak pernah
lagi ku dengar lantunan suara merdumu membaca surat cinta Allah kita.
Apa karena aku tak
ada di samping mu lagi Reii??
Jangan.. ku mohon
jangan jadikan aku sebagai alasan. Aku sangat berterimakasih, selama ini kau
yang membacakan surat-surat itu untukku. Aku memang tak bisa membaca, hanya
mengeja. Dan melaluimu, aku senang mendengarkan kalam-kalam Tuhan kita.
Reii, aku rindu
dengan bacaanmu… meski aku tak lagi duduk disampingmu mendengarkan, percayalah
dari sini aku mendengarnya. Kalam-kalam itu bahkan bisa menembus dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Pun menembus alam yang
berbeda. Kau percaya kan?
Reii.. Jikapun kalam-kalam
itu bukan lagi untuk kau perdengarkan padaku. Perdengarkanlah juga untuk hatimu
sendiri. Ya untuk dirimu Reii..
Sekarang bukan aku yang membutuhkannya,
melainkan untuk mu yang masih ada di dunia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar