Selasa, 06 Desember 2016

Secarik Pesan pada Surat Imajinasi

Reii… apa kabar?

Aku sengaja menuliskan surat ini untukmu, aku rindu sungguh. Meski entah, apa surat ini akan sampai padamu atau tidak. Aku bingung, bagaimana mengirimnya.
Disini, aku bahagia. Ada banyak teman yang ku jumpai dan segala kebutuhanku terpenuhi. Allah kita maha baik. Dia Maha pemenuh janji, Reii.. Maka jangan khawatir lagi.

Tetapi aku sedih Reii, apa yang terjadi padamu?

Kenapa tak pernah lagi ku dengar lantunan suara merdumu membaca surat cinta Allah kita.
Apa karena aku tak ada di samping mu lagi Reii??

Jangan.. ku mohon jangan jadikan aku sebagai alasan. Aku sangat berterimakasih, selama ini kau yang membacakan surat-surat itu untukku. Aku memang tak bisa membaca, hanya mengeja. Dan melaluimu, aku senang mendengarkan kalam-kalam Tuhan kita.

Reii, aku rindu dengan bacaanmu… meski aku tak lagi duduk disampingmu mendengarkan, percayalah dari sini aku mendengarnya. Kalam-kalam itu bahkan bisa menembus dimensi ruang  dan waktu yang berbeda. Pun menembus alam yang berbeda. Kau percaya kan?

Reii.. Jikapun kalam-kalam itu bukan lagi untuk kau perdengarkan padaku. Perdengarkanlah juga untuk hatimu sendiri. Ya untuk dirimu Reii.. 
Sekarang bukan aku yang membutuhkannya, melainkan untuk mu yang masih ada di dunia..





Tidak ada komentar:

Posting Komentar