Minggu, 14 Januari 2018

Wanita Periang, Kupanggil Dia "Kak Nay'

Namanya Nahda Yunus. Sosoknya ceria dan ramah pada siapapun. Dia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap masalah yang dihadapi teman-temannya. Softskill ini jarang dimiliki orang-orang, termasuk saya. Itu sebabnya saya sering memperhatikannya diam-diam dan mempelajari bagaimana caranya bersosialisasi. Dia salah satu orang yang saya kagumi. Wanita periang, ku panggil dia "Kak Nay".

Sosoknya disukai banyak orang, termasuk ke-200 peserta PPG-SM3T angkatan V di asrama. Soal ketangguhannya di penempatan, jangan tanyakan lagi. Dia pun sosok yang tangguh mengarungi muara weriagar, Bintuni Papua Barat. Dia pernah bercerita tentang perjalanannya untuk sampai ke distriknya itu, melawan derasnya ombak di atas longboat kayu kecil, sampai bahkan pernah melawan ketakutan di malam gelap gulita di tengah laut.

Ternyata di balik keceriaannya, memang ada luka yang berhasil disembunyikan. Hingga vonis gagal ginjal kemudian terdengar di telinga kami. Ahh...orang baik memang selalu diberi ujian yang hebat. Dan lagi-lagi dia hanya tersenyum menerima takdirnya.

Tidak hanya sampe disitu, karena vonis sakitnya kak Nay harus dirawat beberapa hari di rumah sakit, melakukan cuci darah berkali-kali. Kondisinya yang memburuk membuatnya tak dapat mengikuti ujian ulang, hingga tidak membawa pulang gelar "Gr" yang selama ini diperjuangkannya. Ahh...dan lagi-lagi dengan tabah dia menghadapinya dengan senyum khasnya.

Ada beberapa kenangan yang kak Nay torehkan untuk saya pribadi. Kulipat "kenangan" itu dengan rapi, namun biarlah kali ini akan kubuka untuk mengenang kebaikan kak Nay.

Di penempatan Bintuni, saat mendengar kabar Ibu saya sakit, kak Nay ke kamar menyemangati. Menceritakan kisah yang sama yang dulu dialaminya. Karena pengalaman hidupnya, saya bisa jadi kuat. Ikut tersenyum dengannya saat itu.

Pun saat saya kembali ke Bintuni setelah ibu meninggal, ada pelukan dan sapaan hangat kak Nay menyambut di Mess. Kembali kak Nay menyemangati. Mempersilahkan saya makan apa saja yang ada di kulkas saat itu, termasuk puding buatannya.

Saat di asrama, setelah saya mementaskan puisi tentang patah hati. Dia meminta kukirimkan teksnya dan memelukku seolah tahu isi puisi itu adalah curahan hati. Ahh.. Saya menyangkalnya saat itu.

Pun saat saya kedapatan olehnya pulang ke asrama dengan linangan air mata. Kak Nay datang memeluk dan mencubit pipi. Seharusnya ku balas saja pelukkannya dengan hangat. Saya lagi-lagi kurang peka menyambut kepedulian orang lain.

Hingga saat kak Nay dirawat, maafkan saya yang hanya sampai memberanikan diri masuk ke ruang ICU melihatnya sekilas. Sebab tak sanggup mencium bau obat-obatan rumah sakit terlalu lama. Hanya menggenggam tangannya sebentar tanpa mengucapkan apa-apa, meski sebenarnya ingin sekali kupeluk dia saat itu, tapi entah rasanya tak sanggup. Bibirpun keluh bahkan hanya untuk mengucapkan "Tetap semangat kak"



Sabtu 13 Januari 2018, kak Nay telah perpulang ke Sisi Tuhan kita. Ada banyak tangis yang mengantarkannya. Pun doa-doa kebaikan yang menggiringnya.

Kepergiannya menyisakan banyak luka di hati orang-orang yang mengenalnya. Bagaimana pun Tuhan lebih menyayanginya. Saya belajar banyak dari sosok ceria kak Nay.

"Terimkasih kak Nay. Surga menantimu"

Al-Fatihah

Minggu, 07 Januari 2018

Tentang Dua Penjaga

Saya lebih suka menyimpan kenangan dalam tulisan dibanding dalam foto. Maka izinkan saya kali ini menuliskan tentang kalian.

Mungkin foto kita bertiga bisa dihitung jari, dan maafkan hanya 2 foto ini yang ku simpan. Hahaha. Tetapi kenangan yang dapat kutulis takkan bisa terhitung. Percaya dehh. hehe

Foto sebelum berangkat SM3T

Terimaksih kalian, 2 orang hebat yg kukenal sejak di bangku kuliah. Meski sebenarnya saya tak terlalu ingat bagaimana kedekatan pertemanan kita dulu, mungkin saya yang terlalu "pendiam" (uhuk) atau karena jumlah teman sekelas kita terlalu banyak (hampir mendekati angka 60) Hahaha.

Yang saya ingat dari Hamzah bahwa kita pernah satu gengk. Haha. Dan dari immangk bahwa kita pernah beberapa kali chat via inbox fb. Hmm.

Kita sempat berada pada jalur berbeda selepas sarjana, mencari jalan hidup masing-masing. Hingga akhirnya Tuhan memberi kesepatan  untukku mengenal kalian lebih dalam lagi. (Ceilehh)

Takdir mempertemukan kita dalam satu bingkai melalui program SM3T-PPG.
Kita memiliki visi yang sama "Mencerdaskan anak indonesia di pedalaman" cita-cita yang sangat mulia, meski sebenarnya dengan kecerdasan kalian yang di atas saya (uhuk) kalian bisa menjadi lebih hebat dari itu.

Kali ini selepas merasakan sekelas dengan kalian lagi. Ada banyak hal yang saya kagumi dari kalian berdua. Meski banyak hal yang menjengkelkan pula. Tentang cara keren kalian belajar dan alur-alur pemikiran yang begitu detail yang kalian miliki. Tentang segala pertanyaan apapun yang bisa kalian jawab tuntas maupun tentang terabaikannya saya oleh para kekasih kalian. Hahaha (Bukan ji cemburu nah)

Baru kali ini rasanya saya mau berteman (bersahabat) dengan lawan jenis. Karena pikirku masih terlalu fanatik "Tak ada persahabatan perempuan dan laki-laki tanpa adanya rasa suka". Entahlah sekarang saya masih berpikir demikian atau sudah tidak lagi. Maka izinkan saya menganggap kalian "Dua Penjaga" :)

Saya percaya ada turut andil kalian yang membuat seorang uni tidak se"pendiam" dulu lagi. Membuat saya tidak menutup diri lagi.

Maka dari ribuan hari yang sudah kita lewati, melalui tulisan ini saya mau mengucapkan terimakasih (karena secara langsung atau via chat sudah biasa). Terimakasih atas nasehat, untuk segala ilmu. Terimakasih telah mau mendengarkan keluh, curhatan, maupun omelan dari saya. Dan terimakasih telah membuat seorang uni bisa mencapai titik seperti sekarang.

Foto saat wisuda S.Pd.Gr.