Perkenalan
(Pemerintah)
Akulah sang penyelenggara sistem pendidikan
Telah kutingkatkan mutu pendidikan
Ku ciptakan lahan untuk menempa guru profesional
Ku benahi sistem pendidikan tiada henti
Ku kucurkan anggaran untuk memenuhinya
Inginku, kau jalankan dengan segenap jiwa
(Guru)
Lihatlah aku wahai semesta
Sejak matahari terbit hingga petang melambai
Aku di sekolah menuang ilmu
Aku telah berperan menjadi aktor, penasehat, motivator
Aku telah berperan menjadi hakim bahkan pengganti orang tua
Peluh tak akan menjadi karang
Demi dirimu anak-anak didikku
(Orang tua)
Demi Tuhan, aku hanya
ingin anakku bersekolah
Ia harus menjadi
manusia yang bernilai
Tak seperti aku, yang
hanya mampu bertarung lelah
demi mengumpulkan
pundi-pundi belas kasih sekeliling
Kutitipkan mereka
padamu, wahai para Guru
bimbinglah ia, wahai
kau yang mengaku pencetak generasi emas negeri ini
(Siswa)
Ia ingin aku
belajar
Tatapannya tegas
menanam harapan
Putrinya menjadi
manusia yang berguna
“Jangan seperti
aku!” katanya
Fajar hingga
kabut hitam tiba, masih saja mengadu kekuatan dengan gergaji
Memadu gerak
bersama palu besi yang merapatkan barisan kayu
Ia tak peduli
cucuran keringat di badan
Pikirnya hanya
menanti lembaran upah dari kayu-kayu itu
Ia tak ingin aku
berhenti ke sekolah
Tempat para ilmu
bersemayam
Rumah para Guru
yang katanya, siap memberiku bekal menemui cita-cita
Keluh kesah
(Siswa)
Setiap pagi, aku
berangkat ke sana
ratusan pasang
mata kadang memaki
pakaian lusuh
dan alas kaki yang jarang berganti
juga daya pikir
lebih lambat dari teman-teman
Aku kira,
suasana di sekolah seperti di rumah
Ayah dan ibu
mengajarkan kesederhanaan
Aku kira,
suasana di sekolah seperti di rumah
Ayah dan ibu
mengajarkan tutur yang baik pada sesama
(Orang tua)
Aku menanti peluhku
terbayar
Ku pikir anakku
baik-baik saja di tempat itu
Dan kelak bisa
menggapai cita-cita yang telah ia tulis dengan huruf kapital
Di setiap sampul buku
tulisnyaDD
Tapi, apa yang terjadi?
Anakku pulang dengan
isak tangis
Ia mengeluh, cacian
terus saja menghantam dirinya yang berbeda
Kalian pernah bilang,
pendidikan memanusiakan manusia
Apa benar begitu?
(Guru)
Kau titipkan anakmu padaku
Lantas di rumah kau mengabaikannya kan?
Kau mungkin terlalu sibuk mencari nafkah
Semua ilmu yang kuberi kadang tak mereka maknai
Aku bukan malaikat yang begitu saja bisa menyulap anakmu ‘
Menjadi pandai dan berkarakter
Dan pemerintah seolah membuatku tidak memiliki kebebasan
Aku kau setir dengan berbagai aturan dunia pendidikan
Aku dibuat gila dengan jabatan dan status
(Pemerintah)
Aku telah memberikan
jalan pintas
Menuju kualitas
pendidikan negeriku
Tapi kudapati kau yang
harusnya jadi pelaku
Hanya diam sebagai
penikmat
Duduk termangu tanpa
berbuat apa-apa
Lantas mengkritisi
khita yang telah ku buat
Saling menyalahkan
(Orang tua)
Di tengah semangat mengumpulkan pundi-pundi untuk pendidikan anakku
kadang upah yang ku dapatkan belum cukup memenuhi biaya yang ia butuhkan
lantas, kepada siapa aku harus mengadu?
Pada pendidikan gratis?
Hahaha... sudah berulang kali kutemui tuannya
Tapi nyatanya?
(Siswa)
ku dengar sekeliling berteriak “pendidikan sudah gratis”
Berarti anak-anak seusia ku bisa sekolah tinggi-tinggi tanpa biaya
Tapi, mengapa orang tua ku masih bekerja hingga larut untuk selembar kwitansi?
(Guru)
Guru yang kalian sebut pahlawan tanpa tanda jasa
Ternyata belum begitu dihargai oleh negara
Penghidupan layak belum juga aku rasa cukup
Aku juga punya tanggung jawab
Untuk kesejahteraan keluarga
Banyak teman-temanku yang kau mutasi
Bahkan kau pensiunkan dini
Di mana penghargaanmu atas jasa-jasa kami?
(Pemerintah)
Tak semua guru layak
menjadi pendidik
Makanya kalian
dimutasi, dipensiunkan
Tak semua siswa berjuta
cita,
Hingga pengangguran
mewabah
Tak semua orang tua
peduli,
Hingga anaknya macet
nalar, cacat karakter, buta etika
Pembelaan
(Pemerintah)
Kamu, kamu dan kamu
adalah wakil tokoh
banyak tingkah penuh celoteh
Mau sejahtera tanpa
kinerja
Mau pintar tanpa
belajar
Mau mau mau mau mau
jadi teladan tanpa pernah
meluangkan waktu buat
anaknya
Revolusi
Revolusi
adalah jalan
tercerahkan saat bangsa dirundung cemas
Jika berbenah hanyalah
kemalasan
Bersiaplah dilibas,
ditindas kemajuan zaman
dengan setumpuk alasan
salah pada pemerintah
(Guru)
Sebenarnya ini bukan
salah siapa
Bukan salah pemerintah
Bukan salah orang tua
Bukan salah kami para
guru
Pun bahkan bukan salah
siswa
Bukan salah kritikan
dalam lembar-lembar yang tak berdosa ini
Kita tak mesti saling
mengutuk
Nyalakan lilin
Nyalakan lilin
Nyalakan lilin
Cahaya lilin kita akan
menjadi penerang jalan mereka menuju mimpi
Gelap hanya akan
semakin menggemakan teriakan-teriakan bodoh
Tak menyelesaikan
masalah tak memberikan solusi
(Semua Lakon)
Pendidikan adalah jalan
menolak ketertinggalan
Memantaskan diri
melalui karakter, literasi dan kompetensi
Kita adalah bangsa yang
menjunjung pendidikan
Generasi ideal
ditentukan oleh pendidikan bangsanya
Era kemajuan, era
berbenah
Sebagai pelopor
pengawal pendidikan
Selayaknya kita
terjaring dalam rerangka kemajuan
Mencapai kemajemukan
pendidikan melalui etika, cinta dan karya
**Karya:
Yuni Paliling
Sri Wahyuni
Saleha
Milawati