Kamis, 04 September 2014

Detik detak DEJAVU



Detik detak DEJAVU
Ingatkah dua tahun lalu ?
Saat pertama kali kita berpapasan
Bertemu lalu menundukkan pandangan
Aku tidak sanggup menatap matamu
Takut jikalau wajahku memerah karenanya
Ingatkah setahun lalu ?
Saat aku pertama kali berada disini
Salah satu alasannya adalah karenamu
Karena ingin berkesempatan akrab denganmu
Walau hanya sebatas rekan kerja
Ingatkah beberapa akhir ini ?
Aku hanya menghabiskan waktu duduk disini
Agar tak melewatkan semenit pun
di detik-detik kepergianmu
Menuliskan segala kejadian hari itu tentangmu
Sejak dua tahun lalu hingga kini
Hanya sebatas ini saja
Hingga kini tak pernah kau tahu
Bahwa rasa ini ada namun ku pendam
Teruntukku saja

Ya sejak dua tahun lalu hingga kini, tak pernah dia tahu bagaimana perasaanku padanya.  Dan akan ku tutup kisah ini diakhir nanti jika dia telah benar-benar tak ada lagi dalam peredaran radarku. Seharusnya dia tahu jika aku mengaguminya dalam diam, tapi rasanya dia benar2 tidak peka. Sampai saat ini aku masih tetap berharap bahwa kelak sebelum dia pergi dia mengakui bahwa bukan hanya aku yang mengaguminya, hingga rasaku terbalaskan. Atau jika tidak, setelah dia pergi dia sadar bahwa aku penting dalam hidupnya.
“Aurora, cek dulu ini  buku dek,, ada di dalam file buku baru???” Tanyanya.
“sini saya cek dulu kak” (mengambil judul buku yang disodorkannya)
“ada???” Tanya nya lagi.
“tidak ada kak, judul buku untuk apa ini kah kak?”
“itu ada pembeli, minta dicarikan judul buku ini, beberapa tahun  lalu  beliau kesini cari referensi buku”
“ohhh… buku stok buku lama itu kak, “
“iya kayaknya dek,,”
“Berarti ada di rak buku sana kak”
“ohhh.. iya, bantu saya mencari ya” (tersenyum)

Ya senyum itu menyadarkan aku bahwa aku tidak bermimpi dengan keakrabanku saat ini, aku dan dia walau hanya sebatas teman kerja menurutku ini adalah sebuah peningkatan. Seperti dalam mimpiku dulu, saat pertama kali aku mengenali sesosok pria dejavu itu adalah dia. Kami begitu akrab bercengkrama dalam meja yang sama, kini semua menjadi kenyataan. Kami selalu berbincang bersama, bahkan makan siang pun bersama. Bagaimana aku dan dia selalu berinteraksi, deg2an saat berada di dekatnya, merasa aneh walau hanya sekedar mengetahui keberadaannya di suatu tempat saja, itu semua adalah sebuah kemajuan. Tapi waktu hanya tinggal beberapa lagi, tak lama lagi dia akan resign dan akan meninggalkn tempat kerja ini, tentunya juga meninggalkan kenangannya disini.
Setiap hari aku memperhatikannya dari tempatku berdiri, mengetahui perkembanagn keadaannya dan menuliskan semua kejadian tentangnya. Kemarin kau memakan makanan yang ku masak dari rumah, walau makan bersama teman2 yang lain. Kemarin kita duduk berdampingan, membaca buku yang sama. Kemarin kau menyuruhku menelphon, walau hanya untuk ku tanyai mengenai pekerjaan. Kemarin kita tertawa bersama, karena lelah mencari buku yang tidak ditemukan. Kemarin, kemarin, dan kemarin, banyak kejadian disini yang membuatku senang……
***
Kemarin sore kau berpamitan dengan teman-teman sekantor, dan untukku kau mengatakan sebuah kalimat ”nanti kita akan bertemu lagi”. Kau selalu menciptakan percakapan yang  membuatku kepikiran, membuatku bingung karena kalimat itu ambigu, yang membiarkanku menyimpulkannya sendiri. Bahkan terkadang Gafok (gagal fokus), ya ini biasa terjadi di kalangan orang-orang yang kosong *istilah dipinjam dari tetangga sebelah* J
Sejak saat itu, tak pernah aku melihatnya lagi, selalu ada rindu yang terbesit ketika melihat sudut2 ruangan kantor yang biasanya kau berada, menghabiskan waktu membaca buku yang belum terjual. Yah, mungkin ia kini benar-benar pergi, kembali ke tempat yang seharusnya ia berada … tertinggallah aku disini, meniti setiap tanya untuk sebuah rasa yang tak pernah terucap…
Biar waktu yang membuatku lupa
Hingga tua
Biar ruang yang membuatku peka
Hingga renta
Ruang dan waktu tak pernah meninggalkanku
Sendiri tanpa rasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar