Detik detak DEJAVU
Ingatkah dua tahun lalu
?
Saat pertama kali kita
berpapasan
Bertemu lalu
menundukkan pandangan
Aku tidak sanggup
menatap matamu
Takut jikalau wajahku
memerah karenanya
Ingatkah
setahun lalu ?
Saat
aku pertama kali berada disini
Salah
satu alasannya adalah karenamu
Karena
ingin berkesempatan akrab denganmu
Walau
hanya sebatas rekan kerja
Ingatkah beberapa akhir
ini ?
Aku hanya menghabiskan
waktu duduk disini
Agar tak melewatkan
semenit pun
di detik-detik
kepergianmu
Menuliskan segala
kejadian hari itu tentangmu
Sejak
dua tahun lalu hingga kini
Hanya
sebatas ini saja
Hingga
kini tak pernah kau tahu
Bahwa
rasa ini ada namun ku pendam
Teruntukku
saja
Ya
sejak dua tahun lalu hingga kini, tak pernah dia tahu bagaimana perasaanku
padanya. Dan akan ku tutup kisah ini
diakhir nanti jika dia telah benar-benar tak ada lagi dalam peredaran radarku.
Seharusnya dia tahu jika aku mengaguminya dalam diam, tapi rasanya dia benar2
tidak peka. Sampai saat ini aku masih tetap berharap bahwa kelak sebelum dia
pergi dia mengakui bahwa bukan hanya aku yang mengaguminya, hingga rasaku
terbalaskan. Atau jika tidak, setelah dia pergi dia sadar bahwa aku penting
dalam hidupnya.
“Aurora,
cek dulu ini buku dek,, ada di dalam
file buku baru???” Tanyanya.
“sini
saya cek dulu kak” (mengambil judul buku yang disodorkannya)
“ada???”
Tanya nya lagi.
“tidak
ada kak, judul buku untuk apa ini kah kak?”
“itu
ada pembeli, minta dicarikan judul buku ini, beberapa tahun lalu
beliau kesini cari referensi buku”
“ohhh…
buku stok buku lama itu kak, “
“iya
kayaknya dek,,”
“Berarti
ada di rak buku sana kak”
“ohhh..
iya, bantu saya mencari ya” (tersenyum)
Ya senyum itu
menyadarkan aku bahwa aku tidak bermimpi dengan keakrabanku saat ini, aku dan
dia walau hanya sebatas teman kerja menurutku ini adalah sebuah peningkatan.
Seperti dalam mimpiku dulu, saat pertama kali aku mengenali sesosok pria dejavu
itu adalah dia. Kami begitu akrab bercengkrama dalam meja yang sama, kini semua
menjadi kenyataan. Kami selalu berbincang bersama, bahkan makan siang pun
bersama. Bagaimana aku dan dia selalu berinteraksi, deg2an saat berada di
dekatnya, merasa aneh walau hanya sekedar mengetahui keberadaannya di suatu
tempat saja, itu semua adalah sebuah kemajuan. Tapi waktu hanya tinggal
beberapa lagi, tak lama lagi dia akan resign
dan akan meninggalkn tempat kerja ini, tentunya juga meninggalkan kenangannya
disini.
Setiap hari aku
memperhatikannya dari tempatku berdiri, mengetahui perkembanagn keadaannya dan
menuliskan semua kejadian tentangnya. Kemarin kau memakan makanan yang ku masak
dari rumah, walau makan bersama teman2 yang lain. Kemarin kita duduk
berdampingan, membaca buku yang sama. Kemarin kau menyuruhku menelphon, walau
hanya untuk ku tanyai mengenai pekerjaan. Kemarin kita tertawa bersama, karena
lelah mencari buku yang tidak ditemukan. Kemarin, kemarin, dan kemarin, banyak
kejadian disini yang membuatku senang……
***
Kemarin
sore kau berpamitan dengan teman-teman sekantor, dan untukku kau mengatakan
sebuah kalimat ”nanti kita akan bertemu lagi”. Kau selalu menciptakan
percakapan yang membuatku kepikiran,
membuatku bingung karena kalimat itu ambigu, yang membiarkanku menyimpulkannya
sendiri. Bahkan terkadang Gafok (gagal fokus), ya ini biasa terjadi di kalangan
orang-orang yang kosong *istilah dipinjam dari tetangga sebelah* J
Sejak
saat itu, tak pernah aku melihatnya lagi, selalu ada rindu yang terbesit ketika
melihat sudut2 ruangan kantor yang biasanya kau berada, menghabiskan waktu
membaca buku yang belum terjual. Yah, mungkin ia kini benar-benar pergi,
kembali ke tempat yang seharusnya ia berada … tertinggallah aku disini, meniti
setiap tanya untuk sebuah rasa yang tak pernah terucap…
Biar
waktu yang membuatku lupa
Hingga
tua
Biar
ruang yang membuatku peka
Hingga
renta
Ruang
dan waktu tak pernah meninggalkanku
Sendiri
tanpa rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar