Jumat, 27 Januari 2017

Apa Harapanmu?

Apa harapanmu?

Setiap orang yang ditanya demikian pasti akan menjawab banyak hal. Bermacam-macam.
Punya harapan memiliki mobil mewah mungkin, atau punya rumah yang sejuk,  ingin berkeliling liburan,  sekolah di luar negeri,  punya pekerjaan yang layak,  punya gaji yang cukup,  punya keluarga yang bahagia,  menikah dengan laki-laki idaman, atau memiliki anak yang lucu (loh kok mengarah ke sini yahh.  Hehe)
*tiba-tiba baper*

Saya pernah mendengar sebuah petuah tentang kekuatan dari harapan. Seseorang yang tak makan hanya bisa bertahan hidup beberapa pekan,  seseorang yang tidak minum hanya bisa bertahan hidup beberapa hari,  tetapi seseorang yang tak memiliki harapan hanya bisa bertahan hidup beberapa menit.

Benar... Nasehat itu benar sekali. Seseorang yang kehilangan harapannya bisa saja kalang kabut dan mengakhiri hidupnya. Hanya memerlukan waktu beberapa menit ia bisa mengambil keputusan itu. Ketika harapanya porak-poranda. Ketika ia memiliih untuk mengubur harapannya. Ketika ia memandangi harapannya runtuh dengan mata yang nanar.

Lalu pertanyaan selanjutnya ialah apa kita akan kalah semudah itu?

Jangan. Kita bisa mengambil keputusan lain. Kita sendiri yang punya hak penuh mengolah perasaan kita. Menumbuhkan harapan itu kembali.

Manusia terkadang terlalu menuntut hal-hal yang besar,  termasuk harapan.  Capaiannya memang selalu ingin terlalu tinggi.
Tapi tahukah?
Di luar sana, ada banyak kalangan yang memupuk harapan sederhana.


Salah satunya ialah nenek dibalik potret Ini. Harapannya bahkan terlalu sederhana. Melalui langkah kecilnya tiap pagi, sayuran itu dibawa ke tempatnya berdagang.
Saat seperti itu, seharusnya harapan terbesarnya ialah dagangannya habis terjual.  Atau keuntunganya berkali-kali lipat agar esok dagangannya bisa semakin berkembang. Tapii tidak,  nenek tua itu tidak membuat harapan sebesar itu. Baginya,  jika jualannya laku beberapa saja itu sudah lebih dari cukup.

Kenapa?

Karena harapannya hanya ingin pulang membawa makanan untuk cucu-cucunya dari hasil jualanya hari ini. Itu saja.
Hanya itu harapannya setiap hari . Dan itu bisa membuatnya bahagia.
Bahagia ketika melihat mereka melahap habis isi bungkusan yang dibawanya pulang.

Maka yang terpenting bukanlah seberapa besar harapan kita. Melainkan bagaimana kita bisa menjaga harapan itu tetap ada, setiap harinya.

Apa harapanmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar