Rabu, 11 Januari 2017

Istana Pasir

Banyak hal menyenangkan saat kita menemui pantai. Sama halnya dengan mendaki gunung. Dimana pun itu, asalkan ia adalah pemandangan yg disuguhkan bumi pada penghuninya.  Aku menyukainya. Hal yg disukai dari sana ialah pemandangan senja yg tenggelam di ufuk timur. Merasakan perpaduan jingga dan birunya laut yg memanjakan mata. Merasakan hempasan angin laut yang menari-nari. Mendengar suara ombak yang menggulung, dan membangun istana pasir yang indah.

Ya.. Istana pasir. Banyak orang yang jika mengunjungi pantai tak akan pernah absen dari membangun istana pasir. Istana pasir dibangun dengan keinginan sederhana: istana harus selesai dibangun tanpa dirusak oleh hempasan ombak. Harapan yang dibangun dalam kehidupan juga demikian. Harapan tak boleh dirusak oleh kegagalan-kegagalan yg menghampiri.

Sumber: google 

Seperti istana pasir yang dibangun atas bahan pasir dan bantuan sedikit air laut.  Sebuah pengharapan pun dibangun atas hal-hal yang menyenangkan dan menyedihkan.

Saat membuat Istana pasir, tentu kita tak akan bisa menghentikan hempasan ombak yang datang menuju bibir pantai,  menuju istana kita. Yang bisa kita lakuakan ialah membangunnya lagi dan lagi ketika istana itu hancur beberapa bagian. Dengan usaha maksimal dan kiat-kiat agar kedatangan ombak tak mengalahkan kecepatan kita menyusunnya kembali. Agar Istana pasir tetap baik-baik saja.

Harapan tak boleh hancur oleh datangnya kegagalan-kegagalan itu.  Menjaga harapan itu agar ia tetap baik-baik saja.  Kita memang tak bisa menghalangi kesedihan-kesedihan itu datang tetapi kita bisa membuat tameng untuk hati kita sendiri agar ia tak lemah.  Istana pasir juga bisa dibuatkan benteng sebagai tamengnya. Yang ketika ombak datang,  tak akan langsung menghancurkan istana.

Ada kebahagiaan tersendiri saat Istana pasir telah menjadi utuh hingga di ujung menaranya. Kita telah berhasil mewujudkan upaya kita.  Namun jika tak berhasil,  saat ombak terlalu besar untuk menghempasnya hingga menjadi hancur dan benar-benar rata. Tak pantas kita menyalahkan ombak,  itu ialah kodratnya. Hal yang paling bijak ialah memandangnya dengan senyum penerimaan. Penerimaan yang indah.  Penerimaan yang mendamaikan. Toh kita bisa membangun istana-istana baru di lain kesempatan.  Begitupun dengan harapan.
Sumber: doc. Pribadi


Rumah, 12 Januari 2017 (dini hari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar