Sejak seminggu yang
lalu Adikku Pais selalu menanyakan segala hal mengenai tahun baru. Dia banyak
maunya; mau beli petasan, mau tiup-tiup terompet, kumpul sama bocah-bocah tetangga,
bikin acara sama mereka, dan minta dibangunkan pas jam 12 teng. Maklumlah dia
masih kanak-kanak. Umurnya masih 10 tahun, memang masanya bermain dan
ikut-ikutan bersama teman-temannya. Namun ku batasi ia hanya boleh di sekitar
rumah saja, tidak boleh jauh-jauh.
Tapi seingatku, saya waktu
kanak-kanak tak seperti itu. Tidak terlalu menggilai malam tahun baru. Hingga kebawa
sampai sekarang. Menurutku nothing
special. Jadi kami sekeluarga memang tak punya schedule untuk keluar malam
tahun baruan. Yang ku ingat di malam tahun baru ialah bagaimana Ibuku dulu selalu
menyiapkan makanan special yang berbeda dari biasanya. Mungkin, begitulah
caranya mengumpulkan kami di rumah agar anak-anaknya tak keluar rumah bermain
petasan, meniup terompet, maupun berhura-hura di luar.
Tak ada yang ku siapkan
memang. Hingga siang tadi Bapakku membawa barang belanjaannya. Bahan-bahan yang
bisa ku buat menjadi mie goreng : mie besar, bakso, daun bawang dan seledri, berbagai
jenis sayur, dan bumbu-bumbunya. Malam ini
dengan segala kemampuan ku yang apa adanya dengan mengingat cara membuatnya
sesuai ajaran ibuku, saya membuatnya. Mengulek bumbu, memotong sayur, merebus
mie dan baksonya untuk segera bisa ku campur semuanya di wajan. Senyumku merekah
saat semuanya telah selesai.
“Tadaaa… Sudah selesai”
saya membawa dua piring mie ku berikan ke adik-adikku yang sedari tadi menunggu
di depan TV.
“Wahhh…Asik” ucap
mereka dengan mata berbinar bahagia melihatku keluar dari dapur.
Kening Eni berkerut, sedangkan
Pais berlari mengambil air minum.
“Rasanya kenapa?” Tanya
saya penasaran
“Pedis sekali kak” Pais
protes
Huff…ternyata kelebihan
merica. Sayang saya belum sehebat Ibu dalam hal memasak. Tapi tak apa setidaknya
malam ini kami bertiga kumpul di rumah meski tanpa Ibu. #Al-Fatihah buat Ibu.
***
Di tahun 2016 ini
banyak hal yang dicapai. Alhamdulillah. Salah satunya yaitu akhirnya berat
badanku bertambah dari 40 kg menjadi 49 kg. hahahaha. Banyak hal baru yang
dipelajari misalnya dengan bergabung dengan teman-teman komunitas Pecandu
Aksara. Bisa ikut berbagai workshop kepenulisan dan berbagai kegiatan literasi.
Sejak dulu memang saya selalu ingin bertemu dengan orang yang berkecimpung di
dunia literasi. Terimakasih atas kesempatannya.
Tahun ini saya juga
bisa pulang dari perantauan. Setelah mengabdi di daerah pedalaman Papua selama
setahun. Memecahkan celengan rindu bersama keluarga, sahabat dan kakak-kakak
keren di SIGi Makassar. Kembali berkecimpung di dunia volunteer bersama mereka.
Hal bahagia lainnya ialah melihat
teman-teman SMP dan SMA yang sudah menikah bahkan memiliki anak. Wahhh bahagia
sekali *mulai Baper* #JodohManaJodoh -_-'
Tentu hidup tak selalu menempatkan kita terus berada di zona nyaman. Tahun ini tak hanya diisi dengan hal bahagia saja. Ada banyak
sedihnya juga. Tentang kehilangan, tentang kekecewaan, tentang penyesalan dan
patah hati. Tentang Ibu yang belum sempat ku peluk lagi sejak kepergianku ke
tanah rantau. Tentang seseorang yang ku sebut lelaki teduh pergi tanpa pamit. Dan
tentang kedatangan orang baru di rumah yang belum bisa ku terima. Sungguh cobaan
yang datang bertubi-tubi.
“Tuhan sayang sama Uni,
jadi ujiannya banyak supaya naik kelasnya lompat beberapa tingkat” kata seorang
sahabat member semangat.
“Semuanya hanyalah
tentang penerimaan dek” katanya menguatkan. (Terimakasih telah datang menghapus
kenang)
Ini adalah persoalan
Takdir. Kita memang harus mengalami banyak kehilangan untuk mensyukuri bahwa
sesuatu yang hilang itu pernah ada memberi senyum. Tentunya setelah
berbagai hal menghampiri, banyak pelajaran berharga yang diperoleh. Mari muhsabah
diri. Agar kelak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Agar kita termasuk
orang-orang yang beruntung.
“Barang
siapa hari ini lebih baik dari kemarin dialah tergolong orang yang beruntung. Barang
siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah orang yang merugi. Barang siapa
yang lebih buruk dari kemarin dialah orang celaka” HR.Hakim