Selasa, 18 Agustus 2015
Sederhana
^Sederhana^
Sederhana saja bahagia itu
Cukup dengan melihatmu tersenyum
Sederhana saja tersenyum itu
Cukup dengan melihatku bahagia
Padamu padaku
Aku, kamu, kita
#Bahagia1
#AgustusMenulis SIGiMks
Minggu, 09 Agustus 2015
#keluarga3 #AgustusMenulis SIGiMakassar
"Bolehkah? Bisakah?"
Bisakah
Bolehkah
Aku meminta 1 permintaan ?
Kmbalilah sperti dulu, ya dulu sekali
Saat aku masih kanak-kanak
Aku tak tangguh
Berjalan
sendiri
Bolehkah
Aku meminta 1 permintaan ?
Kmbalilah sperti dulu, ya dulu sekali
Saat aku masih kanak-kanak
Aku tak tangguh
Berjalan
sendiri
Atau
Jika tidak
Bisakah kau bersinar
Agar ada penerang jalanku
Atau
Jika tidak
Biarkan aku dalam gelap
Agr aku tetap mlihatmu walau redup
Jika tidak
Bisakah kau bersinar
Agar ada penerang jalanku
Atau
Jika tidak
Biarkan aku dalam gelap
Agr aku tetap mlihatmu walau redup
Bolehkah
Aku meminta 1 permintaan?
Bisakah
Kau wujudkan pintaku?
Aku meminta 1 permintaan?
Bisakah
Kau wujudkan pintaku?
#keluarga2 #AgustusMenulis SIGiMakassar
"Akan ku jaga rindumu untuknya"
Dia rindu saat-saat kau segera menghampirinya saat dia tiba di rumah dgn wajah masam. Menceritakan segala hal yg trjadi padanya seharian padamu. Hingga kau memberi nasihat2 bijak.
Dia rindu saat kalian bersama-sama di dapur, membimbing memasak dan sesekali menertawakanya dengan wajah gemasmu ketika dia melakukan kesalahan.
Dulu aku dan dia selalu melakukan kebiasaan yg sama padamu. ya, kami sangat menyayangimu.
Namun ketika segala hal menimpamu, dia kelimpungan, berusaha tetap menjadi dirinya yang manja padamu, berusaha tabah seolah tak trjadi apa-apa pada kita. Dia melakukan segala hal sendiri. Termasuk mengurusiku. Hingga aku memanggilnya ibu peri. Sebutan yang lucu untuknya ketika dia mengabulkan segala hal yang ku minta.
Kau tahu tidak? Dia sangat merindukan mu, begitupun aku..
aku pun rindu pada tawa lepasnya yang kini tak pernah dia tampakkan lagi. Hanya senyum ketabahan yg sering dia lontarkan padaku ketika akupun mengatakan rindu padamu.
aku pun rindu pada tawa lepasnya yang kini tak pernah dia tampakkan lagi. Hanya senyum ketabahan yg sering dia lontarkan padaku ketika akupun mengatakan rindu padamu.
Kini dia tak bisa menjadi ibu peri lagi bagiku. Dan aku??
Pada siapa lagi aku harus berbagi tugas rumah?
Pada siapa lagi aku harus mengatakan rindu padanya?
Pada siapa lahi aku bersandar ketika segala hal tentangnya begitu menyesakkanku?
Pada siapa lagi aku harus berbagi tugas rumah?
Pada siapa lagi aku harus mengatakan rindu padanya?
Pada siapa lahi aku bersandar ketika segala hal tentangnya begitu menyesakkanku?
Bagaimana pun, aku tahu disana dia pasti akan semakin rindu padamu. Tenanglah akan ku jaga rindumu untuknya, dibalik rinduku.
Kelak jika kau puang, beritahu aku bagaimana caramu mengolah rindu. Dan akupun akan beritahu bagaimana caraku menjaga rindu..
Kelak jika kau puang, beritahu aku bagaimana caramu mengolah rindu. Dan akupun akan beritahu bagaimana caraku menjaga rindu..
Makassar, 9 Agustus 2015
#keluarga1 #AgustusMenulis SIGiMakassar
Katanya "Rumahku surgaku"
Iya, aku tahu itu
Dulu setiap aku jauh, walau sejam
Aku ingin segera pulang
Dulu setiap aku dirumah, rasanya tak ingin beranjak jauh
Ingin tetap disini saja bersama
Ya mereka yang ku sebut keluarga
Iya, aku tahu itu
Dulu setiap aku jauh, walau sejam
Aku ingin segera pulang
Dulu setiap aku dirumah, rasanya tak ingin beranjak jauh
Ingin tetap disini saja bersama
Ya mereka yang ku sebut keluarga
Katanya "Rumahku surgaku"
Iya, aku tahu itu
Mungkin surga seperti rumahku
Merasa damai walau bangunanya sderhana
Hati kami sejuk walau cuaca panas
Melihat senyuman mereka
Ya mereka yang ku sebut keluarga
Iya, aku tahu itu
Mungkin surga seperti rumahku
Merasa damai walau bangunanya sderhana
Hati kami sejuk walau cuaca panas
Melihat senyuman mereka
Ya mereka yang ku sebut keluarga
Katanya "Rumahku surgaku"
Iya, aku tahu itu
Entah sejak kapan semua brubah
Yang tinggal hanya kepura-puraan
Menganggap rumah masih aman
Bagiku tidak
Iya, aku tahu itu
Entah sejak kapan semua brubah
Yang tinggal hanya kepura-puraan
Menganggap rumah masih aman
Bagiku tidak
Katanya "Rumahku surgaku"
Iya, aku tahu itu
Lalu kini masikah "Rumahku surgaku" ???
Iya, aku tahu itu
Lalu kini masikah "Rumahku surgaku" ???
Kamis, 16 Juli 2015
Ruang Redup
Biarkan aku dalam gelap
Agar seredup apapun dirimu
Kau tetap menjadi penerangku
Karena aku tak mau menyalahkan redupmu...
Terangi aku dalam gelap
Agar redupmu tetap berarti
Kau mampu menjadi penerangku
Dan akan tetap menjadi penerangku...
Jika kau tak membiarkanku gelap
Kembalilah menjadi terang
Agar aku tetap berjalan di jalan yg semestinya
Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku
***
Biarkan aku dalam gelap
Agar seredup apapun dirimu
Kau tetap menjadi penerangku
Karena aku tak mau menyalahkan redupmu...
Jika kau tak membiarkanku gelap
Kembalilah menjadi terang
Agar aku tetap berjalan di jalan yg semestinya
Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku, Ibu ...
Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku...
Sungguminasa, 14 Juli 2015
Agar seredup apapun dirimu
Kau tetap menjadi penerangku
Karena aku tak mau menyalahkan redupmu...
Terangi aku dalam gelap
Agar redupmu tetap berarti
Kau mampu menjadi penerangku
Dan akan tetap menjadi penerangku...
Jika kau tak membiarkanku gelap
Kembalilah menjadi terang
Agar aku tetap berjalan di jalan yg semestinya
Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku
***
Biarkan aku dalam gelap
Agar seredup apapun dirimu
Kau tetap menjadi penerangku
Karena aku tak mau menyalahkan redupmu...
Jika kau tak membiarkanku gelap
Kembalilah menjadi terang
Agar aku tetap berjalan di jalan yg semestinya
Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku, Ibu ...
Tetaplah menjadi wanita tangguh untukku...
Sungguminasa, 14 Juli 2015
Selasa, 09 Juni 2015
Pertemuan (doa) kita
Aku mengabarkan langit
Melalu kiriman doa setiap detik
Tentang rasa yg ku jaga kehormatannya
Ya, kita tak perlu banyak berbincang
Ku harap kau memahaminya
Karena doa-doa kita bertemu di langit kan??
"Seperti gerimis|aku jatuh hati|perlahan-lahan"
Melalu kiriman doa setiap detik
Tentang rasa yg ku jaga kehormatannya
Ya, kita tak perlu banyak berbincang
Ku harap kau memahaminya
Karena doa-doa kita bertemu di langit kan??
"Seperti gerimis|aku jatuh hati|perlahan-lahan"
Selasa, 02 Juni 2015
Tetaplah menjadi kuat
Sepulang kerja saat langit mulai
menampakkan kegelapannya, malam telah mengabarkan kesunyiannya. Setelah meniti
terik seharian, meneteskan keringat kala terik menganga, Retno menuju rumah
tempatnya ia menimbun harapan, tempat dimana ia mengukir asa tentang kehidupan
di masa depan, bersama ibu, ayah dan adik-adiknya. Retno adalah anak sulung
dan karena tuntutan itulah, ia harus bekerja hingga selarut itu. Adiknya Rani
yang kini duduk di bangku kuliah pun, telah melakukan kerja paruh waktu.
Entah saking sibuknya dengan dunianya
sendiri, pergi pagi dan pulang malam. Ia lupa bahwa ada banyak hal-hal penting
di rumah yang ia lewatkan. Termasuk kabar hati ibunya. Yang sejak setahun terakhir
ini terluka. Seperti itukah patah hati yang sebenarnya?. Hingga harapan yang ia
pertahankan, telah pupus oleh kekecewaan dan kekacauan yang ditimbulkan
seseorang padanya, dan karena waktu pula lah yang tak kunjung memberikannya
solusi. Hingga bahkan untuk mengurusi dirinya sendiri, ia tak peduli lagi. Kami
pun tak dihiraukannya lagi.
Malam itu ia dapati rani menangis di
kamarnya, terisak pelan, berusaha menanhan tangis agar suara tangisnya tak di
dengar oleh orang rumah. Saat Retno tanyakan mengapa, rupanya ia baru saja
mendengar dari seorang tetangga bahwa orang-orang sekompleks rumah rupanya
sering menceritakan mereka. Entah mereka berbicara apa, yang sedikit Rani tangkap
yakni mereka mengatakan bahwa ibunya kini telah berubah dari yang mereka kenal,
bahkan akan depresi. Ahhh… seolah tersengat listrik ribuan volt dan tenggelam
dalam lautan saja mendengar kabar itu. Sesak. Retno kesulitan bernapas
menyadari akan hal itu. Ia yang selama ini merasa baik-baik saja dengan keadaan
keluarganya, rupanya sangat berbeda dengan apa yang dirasakan orang lain.
Rupanya perasaannya selama ini hanya ilusi, dampak dari menghibur dirinya
sendiri dan menjauhi pikiran-pikiran negatif tentang segala kemungkinan
terburuk. Jika demikian, rupanya ia merasa sangat tak berdaya. Merasa bahwa
yang bersalah adalah dirinya, mengapa terlalu mengabaikan kekacauan yang
terjadi. Tak berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki semuanya. Sebagai ana sulung, itu memang tugasnya kan?
Sontak malam itu, ia menemui ibunya yang
tertidur lelap di kamarnya. Retno menggenggam tangannya, masih berasa hangat
tangan itu. Ya sisa-sisa untaian kasih sayang yang terpatri dari tangan itu
masih ada. Retno tatapi lamat-lamat wajah ibunya, ya ada keteduhan disana. Wajah
teduh seorang ibu yang ia sangat rindukan. Namun ada banyak goresan kesedihan
disana, terukir. Tersimpan sendiri hingga menutupi cahaya keibuannya kini. Wajah
teduh itu tak tampak lagi, wajah itu menggambarkan suasana hati yang telah
terluka parah kini. Ahhh… tiba-tiba ada tetesan air mata yang jatuh, terisak. Ya
Retno memeluk lengan ibunya dengan erat. Dan tangan kanannya menutup mulutnya
sendiri, takut kalau saja tangisnya itu membangunkan ibunya dari lelap tidurnya
malam ituDalam jeda tangisnya, Retno berbisik “Tetaplah menjadi kuat Ibu. Kamu
tidak sendiri,ada kami disini yang menyayangi mu,
ceritakanlah kekecewaanmu. Jangan memendamnya sendiri"
"ya, tetaplah menjadi kuat"
"ya, tetaplah menjadi kuat"
Sabtu, 30 Mei 2015
Tak pernah tahu
Kau tak pernah tahu
Bagaimana orang2 seperti kami harus menahan rasa sesak
Bagaimana kami berusaha menjadi sebanding dengan orang normal
lainnya
Kau tak pernah tahu kan?
Bagimana kami berpura-pura mengatakan semuanya baik2 saja
Bagaimana kami harus selalu berusaha tegar dihadapan orang
lain
Kau tak pernah tahu
Bagimana rasanya jika rasa minder tiba2 muncul
Mengusik ketenangan dan mengatakan bahwa kau akan terasingkan
Kau tak pernah tahu kan ?
Bagaimana rasanya menahan rasa sakit
Bagaimana rasanya
melawan rasa kecemasan yang berlebihan
Maka pahami sajalah …
Apa yang telah kami lakukan
dan apa yang ingin kami lakukan…
Karena kau tak pernah tahu bagaimana jika menjadi kami !
Kamis, 07 Mei 2015
Perjalanan Menuju Puncak Bawakaraeng
Hidup
lebih sulit dari ini
Perjalanan
dunia lebih jauh dari ini
Tantangan
lebih berat dari ini
Jika
dibandingkan dengan kehidupan
Perjalan
kali ini hanya beberapa persen saja
Tetapi
kita dapat mengambil pelajaran darinya
Mari
renungkan !!!
Di awal perjalanan
Kau butuh keberanian untuk memulai pendakian. Akan banyak
kekhawatiran-kekhawatiran yang kau ciptakan sendiri. Dan itu kebanyakan palsu.
Berlebihan saja, karena kenyataannya tidak sesuai dengan kekhwatiran mu di
awal. Itu hanya wujud ketidak percayaan dirimu saja. Seperti halnya kehidupan,
ketika akan mengambil sebuah langkah untuk sebuah pencapaian, kau selalu punya
kekhawatiran yang berlebih. Jalani sajalah, mulailah dari langkah awal,
selangkah demi selangkah hingga mencapai akhir.
“Kita tidak
akan menemukan Takdir, ketika belum mencoba”
Di perjalanan menuju
puncak
Jatuh berkali-kali itu bukan masalah buatmu, asal kamu bisa
bangkit dan melangkah kembali, mesti tertatih. Hanya butuh pegangan untuk kau
topangi saat kau akan berdiri dari jatuhmu. Ranting-ranting pohon misalnya,
bebatuan di dekatmu, atau seseorang yang di belakangmu memperhatikanmu
berjalan, dan siap dimintai pertolongan kapan pun. Seperti halnya kehidupan,
kau akan sering terjatuh beberapa kali, tidak penting seberapa kali kamu
terjatuh, asal kamu bisa bangkit dan tersenyum kembali. Bukan pura-pura tegar. Dan
kau akan semakin kuat jika ada orang-orang hebat bersama mu. Itulah perlunya
kebersamaan.
Tidak semua pendaki jatuh di tempat jatuh yang sama. Hanya
beberapa saja. Dan di tempat jatuh itu, tidak membuat orang lain jatuh dengan
keadaan yang sama bukan? Kau tahu kenapa? Karena setiap orang punya pertahanan
masing-masing. Punya kekuatan yang berbeda, dan kekuatan itu selalu sebanding dengan
rintangan yg diperolehnya. Seperti halnya kehidupan. Tuhan tidak akan membebani
hambanya di luar batas kemampuannya. Kau dipercaya bahwa kau mampu melewatinya.
Dan mengeluh selama perjalanan itu takkan membuahkan hasil apa-apa.
Bahkan hanya membuat langkahmu semakin berat. Berilah harapan-harapan di setiap
langkah kecilmu selama perjalanan, itu akan sangat membantu. Seperti itulah
kehidupan. Itulah sebabnya aku paham sekarang, begitu banyak petuah-petuah yang
mengajarkan untuk tidak mengeluh. Rupanya seperti itu.
“Berjalan
sajalah. Karena jika kau berhenti, hanya akan memperlambat pencapaian tujuanmu”
Di puncak Pendakian
Kau harus tahu rasanya sampai di puncak. Ketika telah sampai
pada tujuan, segala keluh mu di perjalanan akan terbayar. Jika ilmu perdagangan dianalogikan disini,
kau akan mendapatkan banyak persentase keuntungan. Alam membeli jerih payahmu
dengan harga yang lebih besar dari yang kau tawarkan. Seperti halnya kehidupan.
Dari sini kau bisa belajar tentang kesyukuran bukan? Bagaimana Tuhan
menyediakan hal yang lebih besar daripada apa yang kita inginkan. Semuanya
terbayar, bahkan lebih.
“Akan
selalu ada balasan untuk setiap jerih payah yang diikhlaskan. Tidak ada yang
sia-sia. Percayalah”
Gambar 3. Puncak Gunung Bawakaraeng
Di perjalanan pulang
Ada banyak cerita, ada banyak pengalaman
yang akan kau bawa pulang. Untuk segera kau bagi, agar banyak orang-orang yang
bisa mengambil pelajaran dari perjalanan mu, atau bahkan ingin ikut menapaki
langkahmu dan mengikuti jejakmu. Langkahmu akan semakin pasti menuju pulang
karena kau telah meninggalkan rumah terlalu lama, hingga kau tahu bagaimana
rasanya rindu rumah, agar ketika di rumah kau dapat selalu bersyukur telah
memiliki tempat yang teduh untuk mu beristirahat di setiap lelahmu dalam
perjalanan. Seperti halnya kehidupan. Kau harus tahu kemana tempatmu pulang,
tempatmu bercerita dan berteduh menemukan ketenangan.
“Karena
dengan melakukan perjalanan, kau akan tahu bagaimana rasanya rindu Rumah”
Jika kau belum memahaminya
dalam perjalanan hidupmu,
Cobalah di jalan pendakian.
Kamu akan memahami banyak
hal.
Dan mereka semua saling
berkaitan.
Kau hanya butuh merenung
untuk menghubungkannya.
Silahkan mencobanya :)
Minggu, 26 April 2015
Maaf atas maaf yg tak pernah ku ucap,
Karena trhalang oleh ketidakterimaanku atas sikapmu..
Terimakasih atas terimakasih yg selalu sempat kau katakan,
karena aku trlahir sebagai anakmu dan begitu mengerti..
Cahaya mu kini redup,
Jauh berbeda dari sosokmu dulu yg aq kagumi.
Dan aku slalu berusaha ingin memandangmu dr sudut yg gelap,
agar bagaimana pun kamu tetap bercahaya.
Namun ketiadaan cahaya itu membuatku benci.
Aku tak pantas, sungguh sangat tak pantas membencimu,
Dan aku selalu menepis kebencian itu.
Hingga aku tersadar ketika luka telah bernanah,
Sungguh luka itu seharusnya tak ada..
dan aku tak pernah menyadari lukaku,
Kau tahu kenapa?
Krn rasa sayangku lebih besar daripada kekecewaanku.
Karena aku mencintaimu tanpa syarat..
Karena trhalang oleh ketidakterimaanku atas sikapmu..
Terimakasih atas terimakasih yg selalu sempat kau katakan,
karena aku trlahir sebagai anakmu dan begitu mengerti..
Cahaya mu kini redup,
Jauh berbeda dari sosokmu dulu yg aq kagumi.
Dan aku slalu berusaha ingin memandangmu dr sudut yg gelap,
agar bagaimana pun kamu tetap bercahaya.
Namun ketiadaan cahaya itu membuatku benci.
Aku tak pantas, sungguh sangat tak pantas membencimu,
Dan aku selalu menepis kebencian itu.
Hingga aku tersadar ketika luka telah bernanah,
Sungguh luka itu seharusnya tak ada..
dan aku tak pernah menyadari lukaku,
Kau tahu kenapa?
Krn rasa sayangku lebih besar daripada kekecewaanku.
Karena aku mencintaimu tanpa syarat..
Jumat, 24 April 2015
Pelita Semesta
Jauh…
Jauh membentang
Seperti semesta
Tak ku temukan tepinya
Gelap…
Gelap terpampang
Seperti angkasa
Tak ku temukan pelita
Seperti itulah
Seperti mimpi teramat jauh
Seperti inilah
Seperti angan tanpa pelita
Namun harap akan tetap berjuang
Berlari mengejar tepinya
Memotivasi sebagai pelita
Karena mimpi takkan pernah padam
Selasa, 21 April 2015
Rabu, 15 April 2015
Kembali tentang Dejavu (Dejavu Part-3)
Masih ingat kan dengan tulisan saya di blog ini beberapa bulan yang lalu, yang judulnya "detik detak Dejavu", sebenarnya cerita tentang Dejavu ada beberapa Part. Detik detak Dejavu itu adalah part ke-5, part ke-1 nya berjudul "Dejavu September", tapi kali ini saya akan menyimpan cerita Dejavu Part-3 nya yang berjudul "Kembali tentang Dejavu" di blog ini...
oya semua tulisan tentang Dejavu ini bermula dari niatan saya beberapa tahun lalu untuk mengikuti lomba menulis cerpen mengenai Bulan September, nah disitu saya bermula terinspirasi menulis tentang kisah Dejavu, hingga menjadi beberapa Part...
oya semua tulisan tentang Dejavu ini bermula dari niatan saya beberapa tahun lalu untuk mengikuti lomba menulis cerpen mengenai Bulan September, nah disitu saya bermula terinspirasi menulis tentang kisah Dejavu, hingga menjadi beberapa Part...
Kembali
tentang DEJAVU
Mentari
pagi kembali menyapaku dalam radiasi kalornya, menghangatkan jiwa yang telah
membeku oleh rutinitas sehari-hari. Setiap detik pagi yang ku lalui menjadi
momen berharga yang ku nikmati dan bagi setiap jiwa-jiwa perindu surga. Terlalu
banyak hal yang menarik untuk dirangkaikan dalam barisan diary hatiku. Termasuk
malam tadi, semua penat hati seharian telah ku rangkaikan dalam tumpukan kertas
bersampul hijau dengan sketsa gambar capung hiasannya. Yah, beginilah para pengagum waktu menjadikan
setiap detiknya tak terlewatkan untuk diabadikan dalam rangkaian kata terikat
dalam diary.
Suara ibu mengagetkanku yang
sejak tadi terpaku di teras rumah merasakan kesejukan pagi.
“Aurora …… masuk nak,
sarapan dulu” (teriak ibu dari ruang makan)
“iya
ibu, 5 menit lagi. Sayang nih vitamin D nya kalo tak dimanfaatkan”.
Beginilah setiap pagi ku lakukan, menikmati sinar
matahari pagi di teras rumah. vitamin D dari matahari, yah begitulah aku
menyebutnya.
***
Kembali
aku mengingat kejadian tadi malam, ya mimpi dejavu yang kini berulang lagi.
Beberapa lama aku termenung dan berpikir bulan September kah ini, dan setelah
aku berpikir ternyata ini bulan Juli. Aneh memang, hanya untuk menyingkirkan
pikiranku tentang dejavu September, aku harus membutuhkan waktu bermenit-menit
untuk berdebat dengan kenyataan bahwa hari ini memang bulan Juli, ya bulan Juli
bukan September.
Semalam
entah mengapa mimpi tentangnya kembali berulang, tak hanya terlihat samar-samar
melainkan begitu nyata, bahkan tempat dan hari keberadaanku dalam mimpi pun
tersketsa jelas dalam mimpi kali ini. Ya dugaan kalian benar, pria dejavu itu
lagi. Sampai sekarang aku masih bingung, mimpi apa ini lagi, karena semalam aku
bermimpi berada di rumahnya bersama kedua orang tuanya dan berbicara tentang
pernikahan (wahh,,, mimpinya terlalu sakral ya), aku berdebat dengan pemahaman khayalanku yang
berasumsi bahwa ini adalah potongan kehidupan di masa akan datang yang memang
nyasar ke dalam mimpiku ataukah ini adalah kabar gembira atas penantian ku
mengharapkan jodoh yang kelak akan menemuiku, semua berada dalam barisan
pertanyaan konyolku yang terangkai otomatis dalam pikiranku.
Seperti
biasanya, pemahaman kenyataan selalu mengatakan bahwa ini hanyalah bunga tidur
yang sering dimimpikan oleh sisapa pun. Namun bagiku ini berbeda, pemahaman
khayalanku kembali menolaknya. Ini adalah benar tanda Tuhan yang dia kirimkan
melalui mimpi bahwa benar jodohmu adalah dia.
Aku tersadar kembali dari
beberapa menit lamunanku,yang sibuk mencari-cari pembenaran tentang mimpiku.
Aku mematikan mesin motor yang sedang ku panaskan sejak tadi, (hehehehe,,,
andai masakan pasti sudah hangus ya). Ku keluarkan motorku dari bagasi segera
dan bergegas menuju kampus untuk melanjutkan rutinitas kembali, menyelami
kehidupan nyata.
“Ibu, Aurora berangkat ke
kampus dulu “ (menuju ibu untuk memberi salam)
“iya nak, hati-hati di
jalan” (kata ibu sambil menyodorkan tangannya untuk ku ciumi)
“baru mau berangkat kak ?
bukannya sudah dari tadi berangkat karena dari tadi itu motor dipanaskan”
(adikku menyelutuk protes dari balik jendela pintu kamarnya)
“hehehehe… iya maaf,,,,
motrnya tadi kelupaan dimatikan mesinnya” nyengir tidak jelas
“makanya kak, lain kali
jangan dipelihara itu melamun tiba-tiba” (adikku menyela)
“hah, tidak kok. Tadi aku
bukan melamun, tapi cuman Hmmm,,,,,” berpikir mencari pembelaan
“ apa kak? Tidak dapat
alasan ? sudah ngaku saja deh kak, tapi jangan bilang pemikiran khayalan kakak
habis berdebat dengan pemikiran kenyataan” (adikku sepertinya tahu kebaiasaanku)
***
Setibanya di kampus, aku
langsung menemui Afifa untuk menceritakan mimpiku semalam padanya.
“Afifa,,,, aku mau cerita,
boleh kan?”
“cerita apa lagi ? cerita
kalau barusan kamu ketemu pangeran berkuda atau tadi pagi bahkan kamu
ditolongin sama dia?”
(ya, seperti inilah Afifa selalu menamakan orang yang
kita kagumi sebagai Pangeran berkuda)
“Bukan, ini bukan tentang
pangeran berkuda, tapi ini tentang pria dejavu”
“hah,dejavu September muncul
lagi ? itukan kejadian sekitar
Setahun yang
lalu, apa mimpinya sama lagi ?” Tanya Afifa penasaran
“Dengan orang yang sama dengan setahun yang
lalu iya, tapi dengan cerita yang berbeda Afifa, bahkan lebih membingungkan
dari mimpi yang dulu”
“iya, bagaimana ceritanya?
Cepat cerita, jangan makin buat saya semakin penasaran” desak Afifa padaku
“semalam aku bermimpi berada
di rumahnya bersama kedua orang tuanya dan berbicara tentang pernikahan”
“hah, nikah ?” teriak Afifa
kaget
“Hussss.,,, jangan
keras-keras. Nanti di dengar sama yang lain, nanti orang-orang salah sangka
lagi dan mengira saya mau nikah beneran “ protesku pada Afifa
“iya, iya maaf, kan beneran
kaget saya. Terus ?”
“Dalam mimpi itu, terlihat
sangat jelas semuanya seperti kenyataan Afifa, dan anehnya Pria dejavu itu
sempat nangis di depan kedua orang tuanya demi mempertahankan keinginannya
untuk nikah sama saya” jelasku
“hahahaha…. Lucu mimpi mu
Aurora” Afifa tertawa geli.
“ya, maka dari itu saya
menceritakannya padamu Afifa, saya bingung dengan mimpi ini, karena pemahaman
khayalanku mengatakan bahwa ini adalah potongan kehidupan di masa akan datang
yang nyasar ke dalam mimpiku sebagai tanda dari Tuhan bahwa penantianku tidak
sia-sia, tapi pemahaman kenyataan selalu mengatakan bahwa ini hanyalah bunga
tidur” aku memelas
“hmmmm….. tunggu dulu, setahuku
bagi orang-orang yang sedang Falling in
Love memang seperti ini, bermimpi menikah dengan orang yang diharapkannya,
jadi memang mimpi kamu itu hanya sebatas bunga tidur Aurora” jelas Afifa
“Afifa, tak bisakah kau
membenarkan pemahaman khayalanku dan mengatakan bahwa mimpi ini memang benar
tanda Tuhan yang diberikan padaku” aku membujuk Afifa
“Aurora, dimana-mana orang
mimpi itu hanyalah bunga tidur”
“Afifa gimana sih, bukannya
setahun lalu waktu aku menceritakan dejavu September pertama kali, Afifa sangat
mendukung dan membenarkan bahwa iya itu mimpi yang istimewa, ayolah Afifa
katakan bahwa kali ini mimpiku juga benar” Aurora membujuk
“iya Aurora saya tahu kalau
yang lalu itu membenarkan bahwa iya itu mimpi yang istimewa, tapi kan mimpi
yang lalu kamu sebatas melihat keperawakan wajahnya denga jelas, tapi ini
bermimpi menikah dengannya dan berharap itu benar akan menjadi kenyataan itu
peluang kenyataannya kelak hanya 0,01 % malah”
“Aduhhhh… Afifa naikkin lah
kemungkinanya jadi 50 % gitu “
“hehehe,,, mana bisa .
peluang 50 % itu hanya mungkin untuk orang-orang yang sudah berkomitmen untuk
menikah, nah sedangkan aurora bagaimana, jangankan dibilang pria itu sudah
berkomitmen, perasaan pria dejavu pada Aurora pun juga tidak jelas, tidak
pernah dia nyatakan pada Aurora, Kamu saja yang selalu sibuk membenarkan setiap
peristiwa selama ini” Afifa menyadarkanku tentang mimpi kekonyolan ini
“iya, iya, aku ngalah…. Tapi
mimpinya tetap akan ku aminkan, biar Afifa nanti kaget kalau liat kelak
mimpinya jadi kenyataan :P”
“iya, Afifa juga
mengAminkan,,, tapi Afifa cuman mengingatkan supaya Aurora jangan terlalu
berharap pada seseorang, apalagi kalau hanya lewat mimpi”
“Okey deh Bosss Afifa” tersenyum
menatap sahabatku yang satu ini
Ya, walaupun mimpi ini
benar-benar tidak mungkin, dan hati ini berusaha membenarkan kenyataan bahwa
itu hanya bunga tidur, tetapi jauh di lubuk hati yang paling dalam, tetap
selalu ada harapan padanya Pria Dejavu September.
aku tak memberinya judul :)
Jika
kau belum punya seseorang yang dapat kau percaya untuk mendengar ceritamu,
Torehkanlah
pada lembaran kertas. Menulislah….
Baiklah akan ku ceritakan mengapa gadis
tangguh itu tiba-tiba ingin pindah ke planet Mars. Dia marah pada penduduk
bumi, karena menurutnya mereka jahat. Padahal dia sejak dulu sangat meyukai
bumi, lalu sekarang dengan mudahnya ingin pindah ke tempat lain. Hanya karena
ingin meninggalkan Bumi. Dia ingin melarikan diri, bukan karena ancaman dari
penduduk bumi itu. Tidak selamanya orang lari dari sesuatu karena ketakutan
atau ancaman bukan?, melainkan bisa juga karena kebencian, kesedihan, ataupun
karena hilangnya harapan.
Dia bukan sedang patah hati, seperti dugaan
teman-temannya. Dia bukan sedang galau merana karena sesosok makhluk yang
bernama laki-laki, sama sekali bukan. Melainkan ada hal-hal yang lebih rumit.
Lebih sakit daripada yang namanya patah hati. tentang pertanyaan-pertanyaan
dalam hatinya yang sejak setahun terakhir ini dia tanyakan.
Tentang orang-orang yang selalu ingin
merusak kebahagiaan yang dia miliki, tentang rumah yang dulu dia percaya
sebagai surga, dan tentang orang-orang yang tidak ada yang bisa dipercaya lagi,
setelah tahu sebenarnya mereka begitu saja pergi. Bahkan ada saja yang secara
bergantian berusaha membuat kekacauan. Sebenarnya semua bisa baik-baik saja
jika ada yang meminta maaf dan memberi maaf. Semua sebenarnya bisa baik-baik
saja jika ada dukungan dari orang-orang yang layak mendukung. Namun
kenyataannya, mereka pun tak peduli. Berpura-pura tidak tahu atas apa yang
terjadi pada keutuhan mereka. Mereka berpura-pura baik-baik saja, tanpa sadar
mereka saling menyakiti. Dan dia begitu saja mengikut, menjadi sesosok gadis
tidak peka. Hingga akhirnya semua menjadi benar-benar kacau.
Lalu apa yang harus dia lakukan, ketika
semua orang tak ada yang menyadari luka masing-masing?. Haruskah ada yang disalahkan?, siapa yang
perlu disalahkan?, lantas setelah menyalahkan, apa semuanya akan menjadi
pulih?, apa masalah akan selesai?, sama sekali tidak bukan?..
Senin, 13 April 2015
Kamis, 02 April 2015
jika kau menemukannya sendiri
Kelak jika kau menemukannya sendiri,
tak usah tanyakan mengapa?
Teman-temannya telah melupakannya mungkin,
para sahabatnya telah mengabaikannya mungkin,
Pengagumnya pun telah meninggalkannya mungkin,
dia pun tak mengerti..
Dia terlalu lama memakai topeng,
maka ketika topengnya terbuka,
semua orang tidak mengenalinya,
" adakah yg bisa tinggal?" gumamnya..
itulah mengapa dia menyukai langit,
Krn hanya pada langit, ia mampu bercerita banyak hal..
Tak perlu memakai topeng,
Langit selalu punya cara, membuat penghuni kolongnya
Merasa berterimakasih..
langit tahu kapan harus menjadi terik,
langit tahu kapan harus menjadi mendung,
langit tahu kapan menjadi gerimis,
Menjadi hujan pun begitu,
Dan dia mampu menterjemahkannya,
Merasa langit telah mendukungnya...
JiKa kelak kau menemukannya sendiri,
Tanyakan saja bagaimana kabar hatinya,
Karena dia akan menjawab "selalu berusaha baik" lirihnya..
tak usah tanyakan mengapa?
Teman-temannya telah melupakannya mungkin,
para sahabatnya telah mengabaikannya mungkin,
Pengagumnya pun telah meninggalkannya mungkin,
dia pun tak mengerti..
Dia terlalu lama memakai topeng,
maka ketika topengnya terbuka,
semua orang tidak mengenalinya,
" adakah yg bisa tinggal?" gumamnya..
itulah mengapa dia menyukai langit,
Krn hanya pada langit, ia mampu bercerita banyak hal..
Tak perlu memakai topeng,
Langit selalu punya cara, membuat penghuni kolongnya
Merasa berterimakasih..
langit tahu kapan harus menjadi terik,
langit tahu kapan harus menjadi mendung,
langit tahu kapan menjadi gerimis,
Menjadi hujan pun begitu,
Dan dia mampu menterjemahkannya,
Merasa langit telah mendukungnya...
JiKa kelak kau menemukannya sendiri,
Tanyakan saja bagaimana kabar hatinya,
Karena dia akan menjawab "selalu berusaha baik" lirihnya..
Minggu, 29 Maret 2015
Senja yang pergi
Senja yang pergi
Aku menyukai ‘senja’, senja bulat utuh
berwarna jingga kemerahan yang melangkah pasti menuju ujung laut.
Aku menyukai ‘senja’, senja setengah lingkaran
yang setengahnya telah pergi, setidaknya setengahnya lagi masih nampak, mengucapkan
selamat tinggal pada langit.
Aku menyukai ‘senja’, senja yang sudah tak
nampak lagi, tetapi pancaran sinar kemerah-merahannya masih terlukis pada
langit, setidaknya senja masih memberi kabar pada langit.
Aku menyukai ‘senja’, yang telah digantikan
malam, yang meninggalkan langit sendiri dalam kegelapan, setidaknya setelah
senja pergi, langit menampakkan dirinya yang indah, langit malam yang jauh
lebih indah ketimbang di siang hari….
Dan aku suka wujud ‘senja’ yang lain, yang
katanya bernama ‘fajar’, indah sekali, karena ia datang bukan pergi. Kedatangannya
hanya diketahui oleh sebagian kecil, hanya aku (Langit yang akan kau temui
ketika kau baru tiba)..
Dengan kedatangan ‘fajar’ setidaknya saya tahu
bahwa waktu untuk menunggu telah kuhabiskan sehari…
Berharap ‘fajar’ segera tiba setelah kepergian
‘senja’
Impuls Menyisakan Luka
“Kau
datang dengan gaya impulsif mu dalam waktu yang sangat singkat terhadapku.
Seperti pantulan bola, awalnya datang dengan kecepatan yang besar namun tetiba
saja kau memantul pergi secara perlahan. Ya kau menyisakan luka dengan kekuatan
impuls mu yang besar… Hebat kau mampu mengaplikasikan teori itu tepat di hati
ku”
Aku semakin paham sekarang
#BenangMerah
Ya begitulah sepenggal
inspirasi yg tetiba saja melintas di otakku ketika mengajarkan materi impuls di
SMA kelas 2 kemarin,,, maka kali ini kan ku lengkap kan paragraph itu menjadi
sebuah cerita…
Simak yuuukk.. J
Kau aneh, menjadi tukang
“teror” sang penggangu, dulu. Melangkah pasti, mengikuti jejakku, menyusuri
setiap sudut jalan yang ku tapaki. Aku tak suka caramu, kau terlalu terik
barada di dekatku.. Intensitas radiasi mu tak mampu ku terjemahkan..
Saking lelahnya aku
menghadapi terikmu, maka ku berikan kesempatan untuk mu mengenalku, Aku merasa
aneh awalnya, mengapa memberi kesempatam padamu?? Sang pengganggu !!!
Kau hadir dengan segala konsep dan cara pandang yang
kau celotehkan padaku. Miris ! aku terbiasa dengan itu, menyukai setiap
gerak-gerikmu. Mulai terbiasa dengan terikmu. sangat terbiasa bahkan.
Namun pada suatu ketika,
entah mengapa aku tetiba ragu. ya ragu pada masa lalu, masa sekarang, dan masa
depan yang kau ceritakan padaku dari sudut pandangmu. Sulit memahami semuanya. Aku
pergi, aku menjadi senja bagi terikmu di siang hari. Menyisakan luka yang dalam
padamu dan kau membenciku, ya sangat membenciku. Aku harap saat itu kau tidak
segera mengira waktu telah malam.
Sebulan, setahun, dua
tahun, entah. Seharusnya aku melupakanmu, atau bahkan membencimu yang sudah
sangat membenciku.
Dan pagi kita pun bertemu
di waktu yang sama di bumi. kau datang lagi dengan harapan baru, dengan dirimu
yang baru, berdamai dengan keadaan, berdamai dengan dirimu. Namun dalam waktu
yang tidak begitu lama, tetiba saja kau memintaku untuk tidak berharap lagi.
Kali ini kau datang dengan
gaya impulsif mu dalam waktu yang sangat singkat.
Seperti pantulan bola,
awalnya datang dengan kecepatan yang besar
namun tetiba saja kau
memantul pergi secara perlahan.
Ya kau menyisakan luka
padaku. Aksi balas dendam kah ini? batinku berkecamuk. Lalu haruskah aku
membencimu seperti dulu kau membenciku?. Ah, rasanya tidak adil jika dendam
dibalas dengan dendam.
Maka kali ini, hari telah
benar-benar menjadi malam.
Dan aku menyukainya,
Karena aku menemukan jalan
berbicara dengan Tuhan,
Tuhan berbisik, “seharusnya
kau bertahan hingga akhir dengan prinsip mu, dulu”
Selasa, 17 Maret 2015
HanyaUntuk Menjaga Rasa
Maaf…
Untuk
rasa yang tertahankan
Yang
terpaksa harus ku hindari
Meski
kadang hati ini berkecamuk
Menepi,
tersembunyi, dan tak mengerti
Terimakasih
. . .
Untuk
sebuah rasa yang dulu
Yang
kini masih kau ibakan padaku
Meski
kadang ingin ku angkat kau dari rasa itu
Menghapus,
melupakan, dan tak mau peduli
Kini
. . .
Kau
benar-benar ingin pergi
Meninggalkan
rasa yang tertinggal
Meski
terasa ada rasa bersalah disini
Ku
biarkan, meredup, dan tak merasa lagi
Biarkan
. . .
Waktu
menjawab sebuah tanya ini
Pada
segelintir misteri dalam sebuah rasa
Meski
harus menentang logika dan hati
Ku
ijinkan, menggema, dan tak terdengar
Karena hati ini hanya berusaha menahan rasa
Agar ia tak membara membakar hati ini
Untuk semakin berharap pada hati yang memautku
Karena hati ini hanya berusaha menjaga rasa
Agar ia tak menempatkannya di hati mu
Namun ku simpan untuk sebuah nama di Lauh Makhfudz
Yaa,, hanya untuk menjaga rasa …
ku biarkan hati berteman sepi
agar hati tetap disini, tetap menjadi milikku
Jumat, 02 Januari 2015
Yuuk mematikan mesin dan mendorong motor saat dalam antrian di SPBU
Ditengah carut marutnya kenaikan BBM beberapa bulan lalu dari Rp.6500/liter menjadi Rp.8500/liter dan kini di awal tahun baru menjadi Rp.7600/liter. Banyak kalangan yg bertanya-tanya, ada apa gerangan??
Namun, kali ini ada hal lain yang perlu kita sama-sama kritisi jua. Ya, satu hal yang saya juga baru sadari beberapa hari lalu... Mengenai pemborosan penggunaan BBM. Kebanyakan pengendara motor yang ingin mengisi bensin di SPBU, mengantri sambil menyalakan mesin motor. Bukankah itu sebuah pemborosan??.. Apalagi kalau masih berada pada antrian belakang, wuiihhh bisa berapa cc bensin yang terbuang percuma??.. Memang sihh cuman sedikit bensin yg terbuang saat itu untuk masing-masing motor. Namun jika semua motor di setiap SPBU melakukan hal demikian, berapa banyak totalnya?? Banyak kan? :(
so, tidak ada ruginya kan mematikan mesin dan mendorong motor saja saat dalam antrian??..
Bukankah sudah aturan pertamina bahwa harus mematikan mesin saat memasuki area pertamina?. Namun ternyata banyak pengguna yang tidak mengindahkan aturan tersebut. saya penasaran, saya mencoba mencari tulisan (aturan) tersebut yang bisa saya baca di pertamina saat sedang mengantri mengisi bensin. Namun yang terlihat dari pandangan saya hanya tulisan yang ukurannya kecil tulisannya gini "matikan mesin anda saat pengisian bensin" (fungsinya untuk mencegah kebakaran di SPBU). Tentunya tulisan itu belum mewakili apa yang saya maksudkan tadi. Pengendara motor memang mematikan mesin saat petugas pertamina mengisikan bensin, tapi tidak saat pengendara sedang mengantri..
Saran saya, perlu semacam pamflet atau apalah yang dipasang di setiap SPBU mengenai hal itu (meminimalisir penggunaan bensin yang sia-sia) dengan ukuran tulisan yang cukup besar yang bisa dibaca dengan jelas oleh pengendara motor saat akan mengisi tangki bensin motor mereka.
Minimal tulisannya seperti ini
"Matikan Mesin dan dorong saja motor Anda saat dalam antrian"
Atau lebih sopan seperti ini :
"Matikan Mesin kendaraan (motor) anda saat dalam antrian hingga telah diisi bensin"
Oya,, aturan ini hanya berlaku untuk motor/bentor saja ya, :) karena kalau mobil bisa berabe, gimana cara dorongnya :D hehehe..
Mari, memulai dari diri sendiri dan minimal memberitahukannya kepada teman terdekat kita..
_Salam Peduli
Namun, kali ini ada hal lain yang perlu kita sama-sama kritisi jua. Ya, satu hal yang saya juga baru sadari beberapa hari lalu... Mengenai pemborosan penggunaan BBM. Kebanyakan pengendara motor yang ingin mengisi bensin di SPBU, mengantri sambil menyalakan mesin motor. Bukankah itu sebuah pemborosan??.. Apalagi kalau masih berada pada antrian belakang, wuiihhh bisa berapa cc bensin yang terbuang percuma??.. Memang sihh cuman sedikit bensin yg terbuang saat itu untuk masing-masing motor. Namun jika semua motor di setiap SPBU melakukan hal demikian, berapa banyak totalnya?? Banyak kan? :(
so, tidak ada ruginya kan mematikan mesin dan mendorong motor saja saat dalam antrian??..
Bukankah sudah aturan pertamina bahwa harus mematikan mesin saat memasuki area pertamina?. Namun ternyata banyak pengguna yang tidak mengindahkan aturan tersebut. saya penasaran, saya mencoba mencari tulisan (aturan) tersebut yang bisa saya baca di pertamina saat sedang mengantri mengisi bensin. Namun yang terlihat dari pandangan saya hanya tulisan yang ukurannya kecil tulisannya gini "matikan mesin anda saat pengisian bensin" (fungsinya untuk mencegah kebakaran di SPBU). Tentunya tulisan itu belum mewakili apa yang saya maksudkan tadi. Pengendara motor memang mematikan mesin saat petugas pertamina mengisikan bensin, tapi tidak saat pengendara sedang mengantri..
Saran saya, perlu semacam pamflet atau apalah yang dipasang di setiap SPBU mengenai hal itu (meminimalisir penggunaan bensin yang sia-sia) dengan ukuran tulisan yang cukup besar yang bisa dibaca dengan jelas oleh pengendara motor saat akan mengisi tangki bensin motor mereka.
Minimal tulisannya seperti ini
"Matikan Mesin dan dorong saja motor Anda saat dalam antrian"
Atau lebih sopan seperti ini :
"Matikan Mesin kendaraan (motor) anda saat dalam antrian hingga telah diisi bensin"
Oya,, aturan ini hanya berlaku untuk motor/bentor saja ya, :) karena kalau mobil bisa berabe, gimana cara dorongnya :D hehehe..
Mari, memulai dari diri sendiri dan minimal memberitahukannya kepada teman terdekat kita..
_Salam Peduli
Langganan:
Postingan (Atom)